12.08.2011

Tari Mengajarkan Gadis Autis Ini Bicara

Jakarta, Shannon diketahui memiliki autis, bisu dan juga tidak pernah sekalipun memulai suatu pembicaraan. Tapi Shannon menemukan suaranya dan mau berbicara sejak diajak bergabung dalam DVD tari.

"Shannon dilahirkan dengan banyak kesulitan, saat balita ia tidak punya otot yang membuatnya tidak bisa berjalan dan berbicara. Dia hanya bisa membuat suara-suara yang tidak dimengerti," ujar ibunya, Katreena (35 tahun), seperti dikutip dari The Sun, Kamis (8/12/2011).

Katreena menuturkan hal ini memilukan karena ia tidak bisa terkoneksi dengan anaknya, Shannon (12 tahun) seperti tinggal di dalam dunianya sendiri.

Saat Shannon berusia 8 tahun, dokter mendiagnosisnya dengan autisme, gangguan otak kompleks yang membuat orangtua harus memindahkannya dari sekolah umum ke sekolah khusus autis Hillingdon Manor.

"Shannon selalu menolak untuk memulai percakapan, ia menjadi sangat pemalu dan sulit berinteraksi dengan orang lain. Perlakuan teman-temannya di sekolah umum membuat kepercayaan dan harganya semakin rendah," ungkap sang ibu.

Di rumah, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar untuk bermain Xbox dengan sang ayah tapi tidak pernah melakukan percakapan apa pun. Hingga akhirnya, Anna Kennedy, pendiri Hillingdon Manor menawarkan Shannon untuk ikut tampil dalam DVD tari dengan anak-anak lain dari sekolah itu.

"Awalnya saya tidak yakin Shannon bisa melakukan hal itu, karena secara fisik ia sangat lemah otot dan tidak ada koordinasi sama sekali. Tapi Anna membantu anak-anak untuk mengembangkan kesadaran spasialnya (sesuatu yang sulit dipahami dari anak autis)," ujar Katreena.

Anna menggunakan imajinasi dengan memasukkan lingkaran dan menari dengan gaya bebas. Anak-anak ini didesak membawa CD favoritnya untuk membantu mereka terbiasa dengan ritme nada yang berbeda.

"Saya mulai melihat perubahan di diri Shannon setelah ia terlibat dalam DVD itu, ia mulai bisa bergerak lebih baik dan koordinasi ototnya semakin meningkat," ujarnya.

Hingga suatu hari Shannon berlari ke sang ibu dan berkata, 'Mum, can we watch my DVD together?'. Saat ia mengatakan hal tersebut, Katreena sangat tersentuh karena itu pertama kalinya ia mulai percakapan.

"Aku hanya duduk dan termenung, jika saya punya kamera video, akan saya rekam kejadian tersebut. Itu sangat luar biasa," imbuhnya.

Katreena menuturkan hal itu pertama kalinya ia menunjukkan minat terhadap sesuatu, selain itu terobosan ini menjadi suatu hal yang istimewa di tahun ini setelah Shannon didiagnosis dengan Potocki-Lupski Syndrome (PTLS), suatu kondisi genetik yang sangat langka dan baru diakui.

"Kondisi ini berarti Anda memiliki duplikasi kromosom 17 yang menyebabkan kesulitan dalam pengolahan bahasa dan artikulasi serta keterlambatan perkembangan motorik dan verbal," ujarnya.

Tapi kini Shannon menjadi lebih percaya diri, jika sebelumnya ia tidak mau pergi ke rumah siapa pun tapi sekarang ia rajin mengunjungi tetangganya dan menunjukkan DVD tersebut. Bahkan membantu sang adik, Paige untuk bergerak menari.

Katreena menambahkan bahwa kini Shannon mengalami banyak perkembangan dan fakta yang ada sekarang ia sudah mau dan bisa berbicara serta memulai suatu percakapan.

Apa yang dialami oleh Shannon menunjukkan adanya dukungan dari orang-orang yang tepat bisa membuat anak yang cacat seumur hidup atau dengan autisme menjalani kehidupan dengan baik. Temukan apa yang menjadi minat si anak dan eksplorasi bakatnya.

Menjadi hal yang penting untuk memberikan kesempatan bagi anak dengan autis untuk mengembangkan minat dan mengekspresikan dirinya.

sumber www.detik.com

Tidak ada komentar: