4.29.2011

komunikasi keluarga

BAB I
TINJAUAN TEORITIS


A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses pertukaran perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat (Mv Cubbin & Dhal, 1985). Galvin dan Brommel (1986), mendefinisikan komunikasi keluarga sebagai suatu simbiosis, proses transaksional menciptakan dan membagi arti dalam keluarga. Seperti halnya setiap orang mempunyai gaya komunikasi yang berbeda, begitu pula setiap keluarga mempunyai gaya dan pola komunikasi yang unik dan berbeda. Komunikasi yang jelas dan fungsional antara keluarga merupakan alat yang penting untuk mempertahankan lingkungan yang kondusif yang diperlukan untuk mengenbangkan perasaan berharga dan harga diri serta menginternalisasikannya. Sebaliknya, komunikasi yang tidak jelas diyakini sebagai penyebab utama fungsi keluarga yang buruk ( Holman,1983; Satir,1983; Satir, Bannem Gerber & Gomori, 1991). Masalah komunikasi yang problematis dalam keluarga terjadi dimana-mana. Watzlawic dan rekan (1967), peneliti komunikasi keluarga memperkirakan bahwa 85% dari semua pesan yang dikirim dalam keluarga adalah salah paham.

B. UNSUR KOMUNIKAS
pola dan proses komunikasi merupakan salah satu proses informasi dalam keluarga yang konsisten dengan kerangka system secara umum. Komunikasi memerlukan pengirim, saluran dan penerima pesan serta interaksi antara pengirim dan penerima. Pengirim adalah orang yang mencoba untuk memindahkan suatu pesan kepada orang lain. Penerima adalah sasaran dari pengirim pesan . bentuk atau saluran adalah rute pesan. Komunikasi diteruskan dari kognisi atau pikiran pengirim melalui ruang ke kognisi penerima. Modalitas komunikasi yang dibahas secara luas di literatur mencakup pembicaraan, tulisan, dan media seperti televisi atau internet. Modalitas komunikasi yang ditulis dalam literature komunikasi interpersonal dan komunikasi keluarga adalah bahasa yang digunakan. Akan tetapi, banyak keluarga yang memiliki anggota keluarga yang tidak yang tidak dapat (memilih atau tidak) sepenuhnya berpartisipasi secara penuh dalam modalitas komukasi oral atau pendengaran ( mis, ibu yang dapat mendengar dengan anak tunarungu, oaring tua dengan anak yang dapat mendengar, orang tua yang mengalami gangguan pendengaran dengan cucunya.
Interaksi dalam arti yang lebih luas mengacu pada pengiriman dan penerimaan pesan, termasuk respon yang ditimbulkan oleh pesan terhadap penerima dan pengirim. Interksi bersipat dinamik, merupakan perubahan komunikasi secara konstan diantara individu (Watzlawick, Beavin, & Jackson,1976). Pesan yang diawali oleh pengirim selalu didistorsi baik oleh pengirim, maupun penerima. salah satu poenyebab utama distorsi adalah kecemasan diri individu yang berinteraksi, semakin besar kemungkinan terjadi kesalahpahaman. Penyebab yang biasa terjadi lainnya adalah perbedaan dalam kerangka acuan dari individu yang berinteraksi, karena tidak ada persamaan seperti perbedaan usia, latar belakang etnik atau jenis kelamin. Dalam interaksi sehari-hari anggota keluarga biasanya mengasumsikan bahwa anggota keluarga yang lain mempunyai kerangka acuan yang sama kerena hal ini tidak benar untuk banyak kasus, sehingga kesalahpahaman terjadi.

C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Watzlawick dan rekan (1967), dalam tulisan seminar mereka tentang komunikasi keluarga, Pragmatis of Human Communication, menetapkan enam prinsip komunikasi yang menjadi dasar untuk memehami proses komunikasi. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut adalah:
1. Prinsip pertama dan yang paling terpenting yaitu suatu pernyataan bahwa tidak mungkin untuk tidak berkomunikasi, karena semua prilaku adalah komunikasi. Pada setiap situasi ketika terdapat dua orang atau lebih, individu mungkin atau tidak mungkin berkomunikasi secara verbal. Dalam konteks ini, komunikasi nonverbal merupakan ekspresi tanpa bahasa seperti membalikkan badan atau mengerutkan kening, tapi bukan merupakan bahasa isyarat.
2. Prinsip kedua dari komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dua tingkat yaitu informasi (isi) dan perintah (instruksi). Isi yaitu apa yang sebenarnya sedang dikatakan (bahasa verbal) sedangkan instruksi adalah menyampaikan maksud dari pesan (Goldenberg,2000). Isi suatu pesan dapat saja berupa pernyataan sederhana, tetapi mempunyai meta-pesan atau instruksi bergantung pada variabel seperti emosi, dan alur bicara, gerakan dan posisi tubuh serta nada suara.
3. Prinsip ketiga (Watzlawick et al.,1967) berhubungan dengan “ pemberian tanda baca (pungtuasi) “ (Bateson, 1979) atau rangkaian komunikasi. Komunikasi melibatkan transaksi, dan dalam pertukaran tiap respon berisi komunikasi berikutnya, selain riwayat hubunbgan sebelumnya (Hartman & Laird, 1983). Komunikasi melayani sebagai suatu organisasi yang mempunyai tujuan dan proses penataan diri dlam keluarga.
4. Prinsip komunikasi yang keempat diuraikan oleh Watzlick dan rekannya (1979) yaitu terdapat dua tipe komunikasi yaitu digital dan analogik. Komunikasi digital adal;ah komunikasi verbal ( bahasa isyarat) yang pada dasrnya menggunakan kata dengan pemahaman arti yang sama. Jenis komunikasi yang kedua, analogik yaitu ide atau suatu hal yang dikomunikasikan, dikirim secara nonverbal dan sikap yang representative (Hrtman & Laird, 1983). Komunikasi analogik dikenal sebagai bahasa tubuh, ekspresi tubuh, ekspresi wajah, irama dan nada kata yang diucapkan (isyarat) berbagai manifestasi nonverbal lainnya (non-bahasa)byang dapat dilakukan oleh seseorang( watzlick et al, hal 62).
5. Prinsip komunikasi kelima diuraikan oleh kelompok yang sama dari beberapa ahli teori komunikasi keluarga (Watzlick, Beavin, & Jackson, 1967) yang disebut prinsip redundasi (kemubaziran). Prinsip ini merupakan dasr pengembangan penelitian keluarga yang menggunakan keterbatasan pengamatan interaksi keluarga sehingga dapat memberikan penghayatan yang valid kedalam pola umum komunikasi
6. Prinsip komunikasi yang keenam diuraikan oleh Batson dan rekan (1963) adalah semua interaksi komunikasi yang simetris atau komplementer. Polka komunikasi simetris, prilaku pelaku bercermin pada prilaku pelaku interaksi yang lainnya. Dalam komunikasi komplementer, prilaku seorang pelaku interksi melengkapi prilaku pelaku interaksi lainnya. Jika satu dari dua tipe komunikasi tersebut digunakan secara konsisten dalam hubungan keluarga, tipe komunikasi ini mencerminkan nilai dan peran serta pengaturan kekuasaan keluarga.

D. PROSES KOMUNIKASI FUNGSIONAL
Menurut sebagian besar terpi keluarga, komunikasi fungsional dipandang sebagia landasan keberhasilan, keluarga yang sehat (Watzlick & Goldberg, 2000) dan komunikasi fungsional didefinisikan sebagai pengiriman dan penerima pesan baik isi maupun tingkat instruksi pesan yang lansung dan jelas (Sells,1973), serta sebagi sasaran antara isi dan tingkat instruksi. Dengan kata lain komunikasi fungsional dan sehat dalam suatu keluarga memerlukan pengirim untuk mengirimkan maksud pesan melalui saluran yang reltif jelas dan penerima pesan mempunyai pemahaman arti yang sama dengfan apa yang dimaksud oleh pengirim (Sells). Proses komunikasi fungsional terdiri dari beberapa unsur, antara lain :
1. Pengiriman Fungsional
Satir (1967) menjelaskan bahwa pengiriman yang berkomunikasi secara fungsional dapat menyatakan maksudnya dengan tegas dan jelas, mengklarifikasi dan mengualifikasi apa yang ia katakan, meminta umpan balik dan terbuka terhadap umpan balik.
a. Menyatakan kasus dengan tegas dan jelas
Salah satu landasan untuk secara tegas menyatakan maksud seseorang adalah penggunaan komunikasi yang selaras pada tingkat isi dan instruksi (satir,1975).

b. Intensitas dn keterbukaan.
Intensitas berkenaan dengan kemampuan pengirim dalam mengkomunikasikan persepsi internal dari perasaan, keinginan,dan kebutuhan secara efektif dengan intensitas yang sama dengan persepsi internal yang dialaminya. Agar terbuka, pengirim fungsional menginformasikan kepada penerima tentang keseriusan pesan dengan mengatakan bagaimana penerima seharusnya merespon pesan tersebut.

c. Mengklarifikasi dan mengualifikasi pesan
Karakteristik penting kedua dari komunikasi yang fungsional menurut Satir adalah pernyataan klarifikaasi daan kualifikaasi. Pernyataan tersebut memungkinkan pengirim untuk lebih spesifik dan memastikan persepsinya terhadap kenyataan dengan persepsi orang lain.

d. Meminta umpan balik
Unsur ketiga dari pengirim fungsional adalah meminta umpan balik, yang memungkinkan ia untuk memverifikasi apakah pesan diterima secara akurat, dan memungkinkan pengirim untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengklarifikasi maksud.

e. Terbuka terhadap umpan balik
Pengirim yang terbuka terhadap umpan balik akan menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan, bereaksi tanpa defensive, dan mencoba untuk memahami. Agar mengerti pengirim harus mengetahui validitas pandangan penerima. Jadi dengan meminta kritik yang lebih spesifik atau pernyataan “memastikan”, pengirim menunjukkan penerimaannya dan minatnya terhadap umpan balik.

2. Penerima Fungsional
Penerima fungsional mencoba untuk membuat pengkajian maksud suatu pesa secara akurat. Dengan melakukan ini, mereka akan lebih baik mempertimbangkan arti pesan dengan benar dan dapat lebih tepat mengkaji sikap dan maksud pengirim, serta perasaan yang diekspresikan dalam metakomunikasi. Menurut Anderson (1972), penerima fungsional mencoba untuk memahami pesan secara penuh sebelum mengevaluasi.ini berarti bahwa terdapat analisis motivasi dan metakomunikasi, serta isi. Informasi baru, diperiksa dengan informasi yang sudah ada, dan keputusan untuk bertindak secara seksama dioertimbangkan. Mendengar secara efektif, member umpan balik, dan memvalidasi tiga tekhnik komunikasi yang memungkinkan penerima untuk memahami dan merespons pesan pengirim sepenuhnya.

a. Mendengarkan
Kemampuan untuk mendengar secara efektif merupakan kualitas terpenting yang dimiliki oleh penerima fungsional. Mendengarkan secara efektif berarti memfokuskan perhstisn penuh pada seseorang terhadap apa yang sedang dikomunikasikannya dan menutup semua hal yang aakan merusak pesan. Penerima secara penuh memperhatikan pesan lengkap dari pengirim bukan menyalahartikan arti dari suatu pesan. Pendengar pasif merespons dengan ekspresi datar dan tampak tidak peduli sedangkan pendengar aktif dengan sikap mengomunikasikan secara aktif bahwa ia mendengarkan. Mengajukan pertanyaan merupakan bagian penting dari mendengarkan aktif (Gottman, Notarius, Gonso dan Markman, 1977). Mendengarkan secara aktif berarti menjadi empati, berpikir tentang kebutuhan, dan keinginan orang lain, serta menghindarkan terjadinya gangguan alur komunikasi pengirim.
b. Memberikan umpan baliki
Karakteristik utam kedua dari penerima funbgsional adalah memberikan umpan balik kepada pengirim yang memberitahu pengirim bagaimana penerima menafsirkan pesan. Pernyataan ini mendorong pengirim untuk menggali lebih lengkap. Umpan balik juga dapat melalui suatu proses keterkaitan, yaitu penerima membuat suatu hubungan antara pengalaman pribadi terdahulu (Gottman et.al, 1877) atau kejadian terkait dengan komunikasi pengirim.
c. Member validasi
Dalam menggunakan validasi penerima menyampaikan pemahamannya terhadap pemikiran dan perasaan pengirim. Validasi tidak berarti penerima setuju dengan pesan yang dikomunikasikan pengirim, tetapi menunjukan penerimaan atas pesan tersebut berharga.

E. PROSES KOMUKASI DISFUNGSIONAL

1. Pengirim Disfungsional
Komunikasi pengirim disfungsional sering tidak efektif pada satu atau lebih karakteristik dasar dari pengirim fungsional. Dalam menyatakan kasus, mengklarifikasi dan mengkulifikasi, dalam menguraikan dan keterbukaan terhadap umpan balik. Penerima sering kali ditinggalkan dalam kebingungan dan harus menebak apa yang menjadi pemikiran atau perasaan pengirim pesan. Komunikasi pengirim disfungsional dapat bersifat aktif atau defensif secara pasif serta sering menuntut untuk mendapatkan umpan balik yang jelas dari penerima. Komunikasi yang tidak sehat terdiri dari :
a. Membuat asumsi
Ketika asumsi dibuat, pengim mengandalkan apa yang penerima rasakan atau pikiran tentang suatu peristiwa atau seseorang tanpa memvalidasi persepsinya. Pengirim disfungsional biasanya tidak menyadari asumsi yang mereka buat, ia jarang mengklarifikasi isi atau maksud pesaan sehingga dapat terjadi distorsi pesan. Apabila hal ini terjadi, dapat menimbulkan kemarahan pada penerima yang diberi pesan, yang pendapat serta perasaan yant tidak dianggap.
b. Mengekspresika perasaan secara tidak jelas
Tipe lain dari komunikasi disfungsional oleh pengirim adalah pengungkapan perasaan tidak jelas, karena takut ditolak, ekspresi perasaan pengirim dilakukan dengan sikap terselubung dan sama sekali tertutup. Komunikasi tidak jelas adalah “sangat beralasan” (Satir, 1991) apabila kata-kata pengirim tidak ada hubunganya dengan apa yang dirasakan. Pesan dinyatakan dengan cara yang tidak emosional. Berdiam diri merupakan kasus lain tentang pengungkapan perasaan tidak jelas. Pengirim merasa mudah tersinggung terhadap penerima yang tetap tidak mengungkapkan kemarahannya secara terbuka atau mengalihkan perasaannya ke orang atau benda lain.
c. Membuat respon yang menghakimi
Respon yang menhakimi adalah komunikasi disfungsional yang ditandai dengan kecenderungan untuk konstan untuk menbgevaluasi pesan yang menggunakan system nilai pengirim. Pernyataan yang menghakimi selalu mengandung moral tambahan. Pesan pernyataan tersebut jelas bagi penerima bahwa pengirim pesan mengevaluasi nilai dari pesan orang lain sebagai “benar”, atau “salah”, “baik” atau “buruk”, “normal” atau “tidak normal”.
d. Ketidakmampuan untuk mendefinisika kebutuhan sendiri
Pengirim disfungsional tidak hanya tidak mampu untuk menekspresikan kebutuhangnya. Namun juga karena takut ditolak menjadi tidak mampu mendefenisikan prilaku yang ia harapkan dari penerima untuk memenuhi kebutahan mereka.sering kali pengirim disfungsiopnal tidak sadar merasa tidak berharga, tidak berhak untuk mengungkapkan kebutuhan atau berharap kebutuhan pribadinya akan dipenuhi.
e. Komunikasi yang tidak sesuai
Penampilan komunikasi yang tidak sesuai merupakan jenis komunikasi yang disfungsional dan terjadi apabila dua pesan yang bertentangan atau lebih secara serentak dikiri (Goldenberg, 2000). Penerima ditinggalkan dengan teka-teki tentang bagaimana harus merespon. Dalam kasus ketidaksesuaian pesan verbal dan nonverbal, dua atau lebih pesan literal dikirim secara secara serentak bertentangan satu sama lain. Pada ketidaksesuaian verbal nonverbal pengirim mengkomunikasikan suatu pesan secara verbal, namun melakukan metakomunikasi nonverbalyang bertentangan dengan pesan verbal. Ini biasanya diketahuinsebagai “pesan campuran”, misalnya “ saya tidak marah pada anda” diucapakan dengan keras, nada suara tinggi dengan tangan menggempal.

2. Penerima Disfungsional
Jika penerima disfungsional, terjadi komunikasi yang terputus karena pesan tidak diterima sebagaimana dimaksud, karena kegagalan penerima untuk mendengarkan, atau menggunakan diskualifikasi. Merespon secara ofensif, gagal menggali pesan pengirim, gagal memvalidasipesan, merupakan karakterstik disfungsional lainnya.
a. Gagal untuk mendengarkan
Dalam kasus gagal untuk mendengarkan, suatu pesan dikirim, namun penerima tidak memperhatikan atau mendengarkan pesan tersebut. Terdapat beberapa alasan terjadinya kegagalan untuk mendengarkan, berkisar dari tidak ingin memerhatikan hingga tidak memiliki kemampuan untuk mendengarkan. Hal ini biasanya terjadi karena distraksi, seperti bising, waktu yang tidak tepat, kecemasan tinggi, atau hanya karena gangguan pendengaran.
b. Menggunakan diskualifikasi
Penerima disfungsional dapat menerapkan pengelakkan untuk mendiskualifikasi suatu pesan dengan menghindari isu penting. Diskualifikasi adalah respon tidak langsung yang memungkinkan penerima untuk tidak menyetujui pesan tanpa memungkinkan penerima untuk tidak menyetujui pesan tanpa benar-benar tidak menyetujuinya.
c. Menghina
Sikap ofensif komunikasi menunjukkan bahwa penerima pesan bereaksi secara negatif, seperti sedang terancam. Penerima tampak bereaksi secara defensif terhadap pesan yang mengasumsikan sikap oposisi dan mengambil posisi menyerang. Pernyataan dan permintaan dibuat dengan konsisten dengan sikap negatif atau dengan harapan yang negatif.
d. Gagal menggali pesan pengirim
Untuk mengklarifikasi maksud atau arti dari suatu pesan, penerima fungsional mencari penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, penerima disfungsional menggunkan respon tanpa menggali, seperti membuata asumsi , memberikan saran yang prematur, atau memutuskan komunikasi.
e. Gagal memvalidasi pesan
Validasi berkenaan dengan penyampaian penerimaan penerima. Oleh karena itu, kurangnya validasi menyiratkan bahwa penerima dapat merespon secara netral atau mendistorsi dan menyalahtafsirkan pesan. Mengasumsikan bukan mengklarifikasi pemikiran pengirim adalah suatu contoh kurangnya validasi.

3. Pengirim dan Penerima Disfungsional
Dua jenis urutan intearksi komunikasi yang tidak sehat, melibatkan baik pengirim maupun penerima, juga secara luas didiskusikan dalam literatur komunikasi. Komunikasi yang tidak sehat merupakan kominikasi yang mencerminkan pembicaraan “ parallel” yang menunjukan ketidakmampuan untuk memfokuskan pada suatu isu.
Dalam pembicraan parallel, setiap individu dalam interaksi secara konstan menyatakan kembali isunya tanpa betul-beetul mendengarkan pandangan orang lain atau mengenali kebutuhan orang lain. Orang yang berinteraksi disfungsional, mungkin tidak mampu untuk memfokuskan pada satu isu. Tiap individu melantur dari satu isu ke isu lain bukannya menyelesaikan satu masalah atau meminta suatu pengungkapan.


F. POLA KOMUNIKASI FUNGSIONAL DALAM KELUARGA

1. Berkomunikasi Secara Jelas dan Selaras
Pola sebagian nkeluarga yang sehat, terdapat keselarasan komunikasi diantara anggota keluarga. Keselarasan merupakan bangunan kunci dalam model komunikasi dan pertumbuhan menurut satir. Keselarasan adalah suatun keadaan dan cara berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain. Ketika keluarga berkomunikasi dengan selarad terdapat konsistensi dengan selaras terdapat konsistensi anatara tingkat isi dan instruksi kominikasi. Apa yang sedang diucapkan, sama dengan isi pesan. Kat-kata yang diucapkan, perasaan yang kita ekspresikan, dan prilaku yang kita tampilkan semuanya konsisten. Komunikasi pada kelurga yang sehat merupakan suatu proses yang sangat dinamis dan saling timbal balik. Pesan tidak hanya dikirim dan diterima.
2. Komunikasi Emosional
Komunikasi emosional berkaitan dengan ekspresi emosi dan persaan dari persaan marah, terluka, sedih, cemburu hingga bahagia, kasih sayingdan kemesraan (Wright & Leahey, 2000). Pada keluarga fungsional perasaan anggota keluarga ddiekspresikan. Komunikasi afektif pesan verbal dan nonverbal dari caring, sikapfisik sentuhan, belaian, menggandeng dan memandang sangat penting, ekspresi fisik dari kaisih saying pada kehidupan awal bayi dan anak-anak penting untuk perkembangan respon afektif yang normal. Pola komunikasi afeksi verbal menjadi lebih nyata dalam menyampaikan pesan afeksional, walaupun pola mungkin beragam dengan warisan kebudayaan individu.
3. Area Komunikasi Yang Terbuka dan Keterbukaan diri
Keluarga dengan pola komunikasi fungsional menghargai keterbukaan, saling menghargai perasaan, pikiran, kepedulian, spontanitas, autentik dan keterbukaan diri. Selanjutnya keluarga ini mampu mendiskusikan bidang kehidupan isu personal, social, dan kepedulian serta tidak takut pada konflik. Area ini disebut komunikasi terbuka. Dengan rasa hormat terhadap keterbukaan diri. Satir (1972) menegaskan bahwa anggota keluarga yant terus terang dan jujur antar satu dengan yang lainnya adalah orang-orang yang merasa yakin untuk mempertaruhkan interaksi yang berarti dan cenderung untuk menghargai keterbukaan diri (mengungkapkan keterbukaan pemikiran dan persaan akrab).
4. Hirarki Kekuasaan dan Peraturan Keluarga
System keluarga yang berlandaskan pada hirarki kekuasaan dan komunikai mengandung komando atau perintah secara umum mengalir kebawah dalam jaringan komunikasi keluarga. Interaksi fungsional dalam hirarki kekuasaan terjadi apabila kekuasaan terdistribusi menurut kebutuhan perkembangan anggota keluarga (Minuchin, 1974). Apabila kekuasaan diterpkan menurut kemampuan dan sumber anggota keluarga serta sesuai dengan ketentuan kebudayaan dari suatu hubungan kekuasaan keluarga.
5. Konflik dan Resolusi Konflik Keluarga
Konflik verbal merupakan bagian rutin dalam interaksi keluarga normal. Literature konflik keluarga menunjukkan bahwa keluraga yang sehat tanpak mampu mengatasi konflik dan memetik mamfaat yang positif, tetapi tidak terlalu banyak konflik yang dapat mengganggu hubungan keluarga. Resolusi konflik merupakan tugas interaksi yang vital dalam suatu keluarga (Vuchinich,1987). Orang dewasa dalam kelurga perlu belajar untuk mengalami konflik konstruktif. Walaupun orang dewasa menyelesaikan konflik dengan berbagai cara , resolusi konflik yang fungsional terjadi apabila konflik tersebut dibahas secara terbuka dan strategi diterpkan untuk menyelesaikan konflik dan ketika orang tua secara tepat menggunakan kewenangan mereka untuk mengakhiri konflik.


G. POLA KOMUNIKASI DISFUNGSIONAL DALAM KELUARGA

Komunikasi disfungsional didefinisikan sebagai transmisi tidak jelas atau tidak langsung serta permintaan dari salah satu keluarga. Isi dan instruksi deari pesan dan ketidaksesuaian antara tingkat isi dan instruksi dari pesan. Transmisi tidak lansung dari suatu pesan berkenaan dari pesan yang dibelokkan dari saran yang seharusnya kepada orang lain dalam keluarga. Transmisi langsung dari suatu pesan berarti pesan mengenai sasaran yang sesuai. Tiga pola komunikasi yang terkait terus menerus menyebabkan harga diri rendah adalah egasentris, kebutuhan akan persetujuan secara total dan kurangnya empati.

1. Egosentris
Individu memfokuskan pada kebutuhan diri sendiri dan mengabaikan kebutuhan orang lain, perasaan atau perspektif yang mencirikan komunikasi egosentris. Dengan kata lain, anggota keluarga yang egosentris mencari sesuatu dari orang lain untuk memenuhu kebutuhan mereka. Apabila individu tersebut harus memberikan sesuatu, maka mereka akan melakukan dengan keengganan, dan rasa permusuhan,defensive atau sikap pengorbanan diri, jadi tawar-menawar atau negosiasi secara efektif sulit dilakukan, karena seseorang yang egosentris meyakini bahwa mereka tidak boleh kalah untuk sekecil apapun yang mereka berikan.
2. Kebutuhan Mendapatkan Persetujuan Total
Nilai keluarga tentang mempertahankan persetujuan total dan menghindari konflik berawal ketika seseorang dewasa atau menikah menetukan bahwa mereka berada satu sama lain, walaupun perbedaan yang pasti mungkin sulit untuk dijelaskan seperti yang diekspresikan dalam pendapat, kebiasaan, kesukaan atauhrapan mungkin terlihat sebagai ancaman kerena ia dapat mengarah pada ketidaksetujuan dan kesadaran bahwa mereka merupakan dua individu yang terpisah
3. Kurang Empati
Keluarga yang egosentris tidak dapat menteloransi perbedaan dan tidak akan mengenal akibat dari pemikiran, persaan dan perilaku mereka sendiri terhadap anggota keluarga yang lain. Mereka sangat terbenam dalam pemenuhan kebutuhan mereka sendiri saja bahwa mereka tidak mampu untuk berempati. Dibalik ketidakpedulian ini, individu dapat menderia akibat perasaan tidak berdaya. Tidak saja mereka tidak menghargai diri mereka sendiri tapi mereka juga tidak menghargai oaring lain. Hal ini menimbulakan suasana tegang, ketakutan atau menyalahkan. Kondisi ini terlihat pada komunikasi yang lebih membingungkan, samar, tidak langsung, terselubung dan defensif bukan memperlihatkan keterbukaan, kejelasan dan kejujuran.
4. Area Komunikasi Yang Tertutup
Keluarga yang fungsional memiliki area komunikasi yang terbuka, keluarga yang sedikit fungsional sering kali menunjukkan area komunikasi yang semakin tertutup. Keluarga tidak mempunyai peraturan tidak tertulis tentang subjek apa yang disetujui atau tidak disetujui untuk dibahas. Peraturan tidak tertulis ini secara nyata terlihat ketika anggota keluarga melanggar peraturan dengan membahas subjek yang tidak disetujui atau mengungkapkan perasaan yang terlarang.

H. KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN

Istilah gangguan kesehatan berkenaan dengan setiap perubahan yang mempengaruhi proses kehidupan klien (psikologis, fisiologis, social budaya, perkembangan dan spiritual) (Carpeniyo, 2000). Gangguan dalam status kesehatan sering kali mencakup penyakit kronis dan penyakit yang mengancam kehidupan serta ketidakmampuan fisik dan mentak akut atau kronik, namun dapat juga meliputi perubahan dalam area ksehatan lainnya. Pola Temuan penelitian tentang adaptasi keluarga terhadap penyakit kronik dan mengancam kehidupan secara konsisten menunjukkan bahwea factor sentral dalam fungsi keluarga yang sehat adalah terdapatnya keterbukaan, kejujuran, dan komunukiasi yang jelas dalam mengatasi pengalaman kesehatan yang menimbulkan stres serta isu terkait lainnya (Khan,1990;Spinetta & Deasy-Spineta, 1981). Jiak keluarga tidak membahas isu penting yang dihadapi mereka, akan menyababkan jarak emosi dalam hubungan keluarga, dan meningkatnya stress keluarga (Friedman, 1985; Walsh,1998). Sters yang meningkat mempengaruhi hubungan keluarga dan kesehatan keluarga serta anggotanya (Hoffer, 1989).

1. Area Pengkajian
Pernyataan berikut ini harus dipertimbangkan ketika menganalisis pola komunikasi keluarga.
a. Dalam mengobservasi keluarga secara utuh atau serangkaian hubungan keluarga, sejauh mana pola komunikasi fungsional dan disfungsional yang digunakan ?. diagram pola komunikasi sirkular yang terjadi berulang. Selain membuat diagram pola komunikasi sirkular, prilaku spesifik berikut ini harus dikaji:
1) Seberapa tegas dan jelas anggota menyatakan kebutuhan dan perasaan interaksi?
2) Sejauh mana anggota menggunakan klerifikasi dan kualifikasi dalam interaksi?
3) Apakah anggoata keluarga mendapatkan dan merespon umpan balik secara baik, atau mereka secara umumtidak mendorong adanya umpan balik dan penggalian tentang suatu isu?
4) Sebera baik anggota keluarga mendengarkan dan memperhatikan ketika berkomunikasi?
5) Apakah anggota mencari validasi satu sama lain?
6) Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang bersifat menghakimi dalam interksi?
7) Apakah anggota berinterksi dengan sikap menhina terhadap pesan?
8) Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
b. Bagimana pesan emosional disampaikan dalam keluarga dan subsistem keluarga?
1) Sebera sering pesan emosional disampaikan?
2) Jenis emosi apa yang dikirimkan ke subsistem keluarga? Apakah emosi negatif, positif, atau kedua emosi yang dikirimkan?
c. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi didalam jaringan komunikasi dan rangkaian hubungan kekeluargaan?
1) Bagaimana cara/sikap anggota kelurga (suami-istri, ayah-anak,anak-anak) saling berkomunikasi?
2) Bagaimana pola pesan penting yang biasanya? Apakah terdapat perantar?
3) Apakah pesan sesuai dengan perkembangan usia anggota?
d. Apakah pesan penting keluarga sesuai dengan isi instruksi ? apabila tidak, siapa yang menunjukkan ketidaksesuaian tersebut?
e. Jenis proses disfungsional apa yang terdapat dalam pola komunikasi keluarga?
f. Apa isu penting dari personal/keluarga yang terbuka dan tertutup untuk dibahas?
g. Bagiman factor-faktor berikut mempengaruhi komunikasi keluarga?
1) Konteks/situasi
2) Tahap siklus kehidupan kelurga
3) Latar belakakang etnik kelurga
4) Bagaimana gender dalam keluarga
5) Bentuk keluarga
6) Status sosioekonomi keluarga
7) Minibudaya unik keluarga

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Masalah komunikasi keluarga merupakan diagnosis keperawatn keluarga yang sangat bermakna, Nort American Diagnosis Assosiation (NANDA) belum mengidentifikasi diagnosis komunikasi yang berorientasi keluarga. NANDA menggunakan perilaku komunikasi sebagai bagian dari pendefisian karakteristik pada beberapa diagnosis mereka;seperti proses berduka disfungsional salah satu diagnosis keperawatn yang terdapat dalam daftar NANDA adalah “hanbatan komunikasi verbal”, yang berfokus pada klien individu yang tidak mampu untuk berkomunikasi secara verbal. Giger & Davidhizar (1995) menegaskan bahwa ”hambatan komunikasi verbal” tidak mempertimbangkan kjebudayaan klien sehingga secara kebuyaan tidak relevan dengan diagnosis keperawatan.

3. Intervensi Keperawatan Keperawatan
Intervensi keperawatn keluarga dalam keluarga dalam area komunikasi terutama melibatkan pendidikan kesehatan dan konseling, serta kolaborasi sekunder, membuat kontrak, dan merujuk ke kelompok swa-bantu, organisasi komunitas, dan klinik atau kantor terapi keluarga. Model peran juga berperan tipe pemberian pendidikan kesehatan yang penting. Model peran melalui observasi anggota keluarga mengenai tenaga kesehatan keluarga dan bagaimana mereka berkomunikasi selam situasi interaksi yang berbeda bahwa mereka belajar meniru perilaku komunikasi yang sehat.
Konsling dibidang komunikasi keluarga melibatkan dorongan dan dukungan keluarga dalam upaya mereka untuk meningkatkan komunikasi diantara mereka sendiri. Perawat keluarga adalah sebagai fasilitator proses kelompok dan sebagi narasumber. Wright dan Leahey (2000) menklasifikan tentang tiga intervensi keluarga secara lansung (berfokus pada tingkat kognitif, afektif, dan perilaku dari fungsi) membantu dalam pengorganisasian srategi komunikasispesifik yang dapat diterapkan, strategi intervensi dalam masing-masing ketiga domain meliputi pendidikan kesehatan dan konsling.
a. Intervensi keperawatn keluarga dengan focus kognitif memberikan atau ide baru tentang komunikasi. Informasi adalah opendidikan yang dirancang untuk mendorong penyelesaian masalah keluarga. Apakah anggota mengubah perilaku komunikasi mereka pertama sangat bergantung pada bagiamana mereka mempersepsikan masalah. Wright & Laehey (2000) menegaskan peran penting dari persepsi dan keyakinan.
b. Intervensi dalam area afektif diarahkan pada perubahan ekspresi emosi anggota keluarga baik dengan meningkatkan maupun menurunkan tingkat komunikasi emosional dan modifikasi mutu komunikasi emosional. Tujuan keperawatan spesifik didalam konteks kebudayaan keluarga, membantu anggota keluarga mengekspresikan dan membagi perasaan mereka satu sama lain sehingga:
1) Kebutuhan emosi mereka dapat disampaikan dan ditanggapi dengan lebih baik.
2) Terjadi komunikasi yang lebih selaras dan jelas
3) Upaya penyelesaian masalah keluarga difasilitasi.
c. Intervensi keperawatan keluarga berfokus pada perilaku, perubahan perilaku menstimulasi perubahan dalam persepsi “realitas” anggota keluarga dan persepsi menstimulasi perubahan perilaku (proses sirkular, rekursif). Oleh karena itu, ketika perawat keluarga menolong anggota keluarga belajar cara komunikasi yang lebih sehat. Ia juga akan membantu anggota keluarga untuk mengubah persepsi mereka atau membangun realitas tentang suatu situasi.
Intervensi pendidikan kesehatan dan konsling dirancang untuk mengubah komunikasi keluarga meliputi;
a. Mengidentifikasi keinginan perubahan perilaku spesifik anggota keluarga dan menyusun rencana kolaboratif untuk suatu perubahan
b. Mengakui, mendukung, dan membimbing anggota keluarga ketika mereka mulai mencoba untuk berkomunikasi secar jelas dan selaras.
c. Memantau perubhan perilaku yang telah menjadi sasran sejak pertemuan terdahulu. Tanyakan bagimana perilaku komunikassi yang baru, apakah ada masalah yang terjadi, serta jika mereka mempunyai pertanyaan atau hal penting tentang perubahan tersebut.


BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Komunikasi keluarga dikonsepsulisasikan sebagai salah satu dari empat dimensi struktur dan system keluarga beserta kekuasaan, peran dan pengambilan keputusan, serta dimensi struktur nilai. Struktur keluarga dan proses komunikasi terkait memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga. Selain itu, pola komunikasi dalam sisten keluarga mencerminkan peran dan hubungan anggota keluarga. Komunikasi memerlukan pengirim, saluran dan penerima pesan serta interaksi antara pengirim dan penerima. Pengirim adalah seorang yang mencoba untuk memindahkan suatu pesan yang dikirimkan dan saliran merupakan perjalanan atau rute pesan.
Enam prinsip komunikasi adalah: (1) tidak mungkin untuk tidak berkomuniasi; semua perilaku adalah komunikasi; (2) komunikasi mempunyai dua tingkat yaitu komando dan informasi; (3) komunikasi melibatkan proses transaksional dan tiap anggota keluarga mempunyai “pungtuasi” peristiwa interaksi mereka sendiri; (4) ada dua tipe komunikasi yaitu digital dan analogik; (5) interaksi keluarga adalah redundansi yaitu interaksi keluarga dalam kisaran perbatas dari urutan perilaku berulang-ulang; (6) semua interaksi komunikasi simetris atau saling melengkapi.
Komunikasi fungsional didefinisikan sebagi pengiriman dan penerimaan tingkat isi dan instruksi dari tiap pesan yang jelas dan langsung begitu pula keselarsan antara tingkat isi dan instruksi. Komunikasi disfungsional adalah pengiriman dan penerimaan isi dan instruksi pesan yang tidak jelas dan tidak langsung atau tidak ada kesesuaian antara tingkat isi dan instruksi.
Karakteristik keluarga yang sehat adalah komunikasi yang jelas dan kemampuan untuk saling mendengarkan. Komunikasi yang baik diperlukan untuk membina dan memlihara hubungan penuh rasa cinta. Factor sentral dalam fungsi keluarga yang sehat ketika seseorang mengalami perubahan kesehatan adalah komunikasi yang terbuka, jujur. Jelas dalam mengatasi pengalamankesehatan yang menimbulkan sters serta isu terkait. Pedoman pengkajian komunikasi keluarga digambarkan sebagai pedoman untuk diagnosis dan intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pola komunikasi sehat keluarga.

B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar bisa menggunakan makalah ini dan juga menjadikannya sebagai pedoman dalam memberikan intervensi keperawatan tentang komunikasi pada keluarga dengan gangguan masalah kesehatan dan dalam memberikan pendidikan serta konslinguntuk merubah perilaku .





KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, dan senantiasa mengaharapkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Tak lupa salawat dan salam bagi junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis masih diberi kesehatan dan umur sampai saat ini sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”KOMUNIKASI KELUARGA” yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Dalam penyusunan makalah ini penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan mungkin jauh dari sempurna, begitupun dengan makalah ini oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta kepada pembaca pada umumnya.


Pekanbaru, April 2011


Penulis






BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Komunikasi keluarga dinyatakan dalam bentuk konsep sebagai salah satu dari empat dimensi struktur system keluarga, kekuasaan, pengambilan keputusan dan struktur peran serta norma dan nilai keluarga. Dimensi tersebut saling berhubungan dan saling bergantung secara erat. Karena keluarga merupakan suatu sistem social, terdapat interaksi dan umpsn balik bersinambungan antar lingkungan internal dan eksternal. Perubahan pada satu bagian system keluarga pada umumnya diikuti dengan perubahan kompensasi pada dimensi struktur internal. Walaupun dimensi ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nyata, dimensi ini akan berhubungan secara individualdalam bahasa yang bertujuan heuristic (mencari solusi).
sturuktur keluarga akhirnya dievaluasi untuk mengetahui seberapa baik keluarga mampu untuk memenuhi funsgi umum (pentingnya tujuan akhir bagi anggota dan masyarakat). Struktur keluarga dan komunikasi terkait memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga. Komunikasi dalam keluarga dapat dipandang sebagai isi pola dan diuraikan sebagai suatu komponen structural. Secara bersamaan, komunikasi didalam keluarga dapat dianggap sebagai interaksi yang beruntun sepanjang waktu dan dikaji sebagai proses. Pada penerapan perspektif ini, perilaku dipandang sama dengan komunikasi. Dalam menjaga perspektif yang dominan ini dalam literature keperawatan keluarga, makalah ini menekankan suatu system perspektif berorientasi pada proses dalam membahas komunikasi keluarga




B. Tujuan
1. Tujuan umum untuk mengetahui tentang komunikasi keluarga
2. Tujuan ksusus
a. Untuk mengetahui tentang penertian komunikasi
b. Untuk mengetahui tentang unsur komunikasi
c. Untuk mengetahui tentang prinsip komunikasi
d. Untuk mengetahui tentang proses komunikasi fungsional
e. Untuk mengetahui tentang proses komunikasi disfungsional
f. Untuk mengetahui tentang pola komunikasi fungsional dalam keluarga
g. Untuk mengetahui tentang pola komunikasi disfungsional dalam keluarga
h. Untuk mengetahui tentang komunikassi dalam keluarga dengan gangguan kesehatan
»»  READMORE...

4.26.2011

PNEUMOTORAKS

Konsep Dasar

1. Pengertian
Pneumotoraks adalah pengumpulan udara didalam ruang potensial antara pleura visceral dan parietal (Arif Mansjoer dkk, 2000).
Pneumotoraks adalah keluarnya udara dari paru yang cidera, ke dalam ruang pleura sering diakibatkan karena robeknya pleura ( Suzanne C. Smeltzer, 2001).
Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura, sehingga paru-paru dapat terjadi kolaps. (Hudak & Gallo. (1999)
Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. (Danusantoso, Halim. (2000)

2. Etiologi
Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya :
• Pneumotoraks Spontan (primer dan sekunder)
Pneumotoraks spontan primer terjadi tanpa disertai penyakit paru yang mendasarinya, sedangkan pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru yang mendahuluinya.
• Tension Pneumotoraks
Disebabkan trauma tajam, infeksi paru, resusitasi kardiopulmoner.
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinik
Hampir seluruh pasien mengeluhkan nyeri dada ringan sampai berat pada salah satu sisi dada dan dispnea. Gejala biasanya bermula pada saat istirahat dan berakhir dalam 24 jam.
Pneumotoraks dengan kegagalan pernapasan yang mengancam jiwa dapat pula terjadi bila asma dan PPOK yang mendasari muncul, hal ini benar-benar terlepas dari ukuran pneumotoraks.
Adanya tension pneumotoraks perlu dicurigai bila terjadi takikardi berat, hipotensi, dan pergeseran mediastinum / trakea, serta terdengar resonansi yang tinggi. Tanda dan gejalanya yaitu:
a. Sesak napas berat
b. Takipnea, dangkal, menggunakan otot napas tambahan
c. Nyeri dada unilateral, terutama diperberat saat napas dalam dan batuk
d. Pengembangan dada tidak simetris
e. Sianosis

5. Pemeriksaan Fisik
• Ada / tidaknya dispnea (jika luas)
• Ada / tidaknya nyeri pleuritik hebat
• Ada / tidaknya trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami pneumotoraks
• Ada / tidaknya takikardi
• Ada / tidaknya sianosis
• Pergeseran dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
Perkusi hipersonar diatas paru-paru yang kolaps
• Suara napas yang berkurang pada sisi yang terkena
• Fremitus vokal dan raba berkurang.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Analisa gas darah arteri memberikan hasil hipoksemia dan alkalosis respirasi akut pada sebagian besar pasien, namun hal ini bukanlah masalah yang penting. Pada pemeriksaan EKG, pneumotoraks primer sebelah kiri dapat menyebabkan aksis QRS dan gelombang T berubah sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan interprestasi sebagai infark miokard akut.
Diagnosa didukung oleh garis pleura visceral yang tampak pada pemeriksaan radiologi konvensional dengan pasien diposisikan terlentang akan memberikan gambaran siklus kostofrenik radiolusen yang abnormal.

7. Penatalaksanaan Medis
1) Farmakologi
• Terapi oksigen dapat meningkatkan reabsorpsi udara dari ruang pleura.
• Drainase sederhana untuk aspirasi udara pleura menggunakan kateter berdiameter kecil (seperti 16 gauge angio-chateter / kateter drainase yang lebih besar)
• Penempatan pipa kecil yang dipasang satu jalur pada katup helmic untuk memberikan perlindungan terhadap serangan tension pneumotoraks
• Obat simptomatis untuk keluhan batuk dan nyeri dada
• Pemeriksaan radiologi
Peranan pemeriksaan radiologi antara lain:
1) Kunci diagnosis.
2) Penilaian luasnya pneumotoraks.
3) Evaluasi penyakit-penyakit yang menjadi dasar.
Pada pneumotoraks yang sedang sampai berat foto konvensional (dalam keadaan inspirasi) dapat menunjukkan adanya daerah yang hiperlusen dengan pleural line di sisi medialnya; tetapi pada pneumotonaks yang minimal, foto konvensional kadang-kadang tidak dapat menunjukkan adanya udara dalam rongga pleura; untuk itu diperlukan foto ekspirasi maksimal, kadang-kadang foto lateral dekubitus. Hinshaw merekomendasikan membuat foto pada 2 fase inspirasi dan ekspirasi, karena akan memberikan informasi yang lebih lengkap tentang:
- Derajat/luasnya pneumotoraks.
- Ada/tidaknya pergeseran mediastinum.
- Menunjukkan adanya kista dan perlekatan pleura lebih jelas dari pada foto konvensional.
2) Diit
Tinggi kalori tinggi protein 2300 kkal + ekstra putih telur 3 x 2 butir / hari.

8. Komplikasi
Tension pneumotoraks dapat disebabkan oleh pernapasan mekanis dan hal ini mungkin mengancam jiwa. Pneumo - mediastinum dan emfisema subkutan dapat terjadi sebagai komplikasi dari pneumotoraks spontan. Jika pneumo - mediastinum terdeteksi maka harus dianggap terdapat ruptur esophagus / bronkus.

9. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1) Pola pernapasan tak efektif b.d penurunan ekspansi paru, gangguan musculoskeletal, nyeri, ansietas, proses inflamasi.
Ditandai : Dispnea, takipnea
Perubahan kedalaman pernapasan
Penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Gangguan pengembangan dada
Sianosis, GDA tak normal
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 X 24 jam bersihan jalan napas klien efektif.
KH : Menunjukkan pola pernapasan normal / efektif dengan GDA dalam batas normal.
Bebas sianosis dan hipoksia
Intervensi :
a. Mengidentifikasikan etiologi / factor pencetus ex : kolaps spontan, trauma, keganasan.
b. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan / pernapasan sesak, dispnea, terjadinya sianosis, perubahan tanda vital.
c. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik, catat perubahan tekanan udara.
d. Auskultasi bunyi napas
e. Catat pengembangan dada dan posisi trakea
f. Kaji fremitus
g. Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam.
h. Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur, anjurkan pasien untuk duduk sebanyak mungkin.
Rasional :
a. Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat.
b. Distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia / perdarahan.
c. Kesulitan bernapasn dengan ventilator atau peningkatan jalan napas diduga memburuknya kondisi atau terjadinya komplikasi (mis. ruptur spontan dari bleb, terjadinya pneumotoraks)
d. Bunyi napas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru, atau seluruh area paru (unilateral). Area atelektasis tak ada bunyi napas, dan sebagian area kolaps paru menurunya bunyinya. Evaluasi juga dilakukan untuk area yang baik pertukaran gasnya dan memberikan data evaluasi perbaikan pneumotoraks.
e. Pengembangan dada sama dengan ekspansi paru. Deviasi trakea dari area sisi yang sakit pada tegangan pneumotoraks.
f. Suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi cairan / konsolidasi.
g. Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif / mengurangi trauma.
h. Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang sakit.
2) Bersihan jalan napas tak efektif b.d peningkatan produksi sekresi kental
Ditandai : Pernyataan kesulitan bernapas
Perubahan kedalaman/kecepatan pernapasan, penggunaan otot aksesori
Bunyi napas tak normal, mis., mengi, ronki, krekels
Batuk (menetap), dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1X24 jam klien menunjukan bersihan jalan napas.
KH : Mempertahankan jalan napas pasien dengan bunyi napas bersih/ jelas
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, mis., batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis., mengi, krekles, ronki.
2. Kaji / pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi / ekspirasi
3. Catat adanya dispnea, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
6. Dorong / bantu latihan napas abdomen atau bibir.
7. Berikan obat sesuai indikasi
Bronkodilator, mis., β-agonis : epinefrin (Adrenalin, Vaponefrin); albuterol (Proventil, Ventolin); terbutalin (Brethine, Brethaire); isotetarin (Brokosol, Bronkometer); Xantin, mis., aminofilin, oxitrifilin (Choledyl); teofilin (Bronkodyl, Theo-Dur)
8. Berikan fisioterapi dada
Rasional :
1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis., penyebaran, krekles basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
2. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres / adanya proses infeksi memanjang dibanding inspirasi
3. Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
4. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas.
5. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut
6. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
7. Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas, mengi, dan produksi mukosa. Obat-obat mungkin per oral, injeksi, atau inhalasi.
8. Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekret kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasara paru.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d produksi sputum
Ditandai : Penurunan berat badan
Kehilangan massa otot, tonus otot buruk
Kelemahan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3X24 jam klien menunjukan peningkatan nutrisi yang adekuat
KH : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
Menunjukkan perilaku/ perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat
Intervensi :
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus
3. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering
Rasional :
1. Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b.d kurang terpajan pada informasi.
Ditandai : kurang terpajang pada informasi
Mengekspresikan masalah, meminta informasi,
Berulangnya masalah
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1X24 jam klien dan keluarga dapat mengerti tentang kondisi kesehatan klien.
KH : Menyatakan pemahaman penyebab masalah (bila tahu)
Mengidentifikasikan tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik
Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah
Intervensi :
a. Kaji patologi masalah individu
b. Identifikasikasi kemungkinan kambuh / komplikasi jangka panjang.
c. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik ex. Nutrisi baik, istirahat, latihan.
d. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat, contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
Rasional :
a. Informasi menurunkan takut karena ketidaktauan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.
b. Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh. Selain itu pasien sehat yang menderita pneumotoraks spontan, insiden kambuh 10 %- 50 %.
c. Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
d. Berulangnya pneumotoraks memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.







DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso, Halim. (2000). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Hudak & Gallo. (1999). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Mansjoer, Arif,dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aescutapius.
Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Vol.1. Jakarta : EGC
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
»»  READMORE...

4.25.2011

GAGAL JANTUNG KONGESTI (CHF)

Konsep dasar
1. Defenisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi. (Smeltzer, & Suzane C.( 2002)
Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena gangguan primer otot jantung atau beban jantung yang berlebihan atau kombinasi keduanya. (Oesman I.N, 1994)
2. Etiologi
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi. (Smeltzer, & Suzane C.( 2002)

b. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpuikan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitaas menurun. (Smeltzer, & Suzane C.( 2002)

c. Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan afterload ) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. (Smeltzer, & Suzane C.( 2002)

d. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. (Smeltzer, & Suzane C.( 2002)

e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang ssecara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load. (Smeltzer, & Suzane C.( 2002)

f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme(mis : demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia peperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elekttronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung. (Smeltzer, & Suzane C.( 2002)

3. Patofisiologi










4. Manifestasi klinik
Menurut (Suyono.( 2001) tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantungManifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .

a. Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
1) Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas.Dapat terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
2) Batuk
3) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolismeJuga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
4) Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

b. Gagal jantung kanan
1. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan,
3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar…
4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
5. Nokturia
6. Kelemahan.

5. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan kesadaran baik atau compos mentis dan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat


BREATHING
• Terlihat sesak
• Frekuensi nafas melebihi normal

BLEEDING
• Inspeksi : adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
• Palpasi : denyut nadi perifer melemah, thrill
• Perkusi : Pergeseran batas jantung
• Auskultasi : Tekanan darah menurun, bunyi jantung tambahan

BRAIN
• Kesadaran biasnya compos mentis
• Sianosis perifer
• Wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.

BLADDER
• Oliguria
• Edema ekstrimitas

BOWEL
• Mual
• Muntah
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan

BONE
• Kelemahan
• Kelelahan
• Tidak dapat tidur
• Pola hidup menetap
• Jadwal olahraga tak teratur

PSIKOSOSIAL
•Integritas ego : menyangkal, takut mati, marah, kuatir.
•Interaksi social : stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping.

6. Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Penunjang
(a) Foto torak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
(b) EKG dapat mengungkapkan adanya takhikardi, hipertropi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan oleh AMI).
(c) Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah shg hasil hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air.
(d) Rontgen dada : dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerrminkan dilatasi/hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan plmonal. (Oesman I.N, 1994)

7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
- Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
- Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi, dan
- Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat.

Terapi Farmakologis :
- Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
- Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan hrs hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia
- Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan engisian ventrikel kiri dapat dituruinkan
- Dukungan diet: Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema. (Oesman I.N, 1994)

8. Komplikasi
Pada bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami gangguan pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan. Pada gagal jantung kiri dengan gangguan pemompaan pada ventrikel kiri dapat mengakibatkan bendungan paru dan selanjutnya dapat menyebabkan ventrikel kanan berkompensasi dengan mengalami hipertrofi dan menimbulkan dispnea dan gangguan pada sistem pernapasan lainnya. Pada gagal jantung kanan dapat terjadi hepatomegali, ascites, bendungan pada vena perifer dan gangguan gastrointestinal. (Oesman I.N, 1994)

9. Diagnose keperawatan dan intervensi
Menurut
1. Penurunan kardiak output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard.
Rencana Intervensi :
• Kaji dan lapor tanda penurunan curah jantung.
• Periksa keadaan klien ; kaji frekuensi dan irama jantung.
• Catat bunyi jantung.
• Palpasi nadi perifer.
• Pantau dan catat haluaran urine.
• Pertahankan bedrest dengan kepala tempat tidur elevasi 30º
• Berikan istirahat dengan lingkungan yang tenang.
• Berikan oksigen tambahan
• Kolaborasi untuk pemberian obat
• Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai indikasi, hindari cairan garam.
• Pantau EKG dan perubahan foto dada.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru sekunder perubahan membrane kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial.
Rencana Intervensi :
• Kaji frekuensi, irama, bunyi dan dalamnya pernafasan.
• Berikan tambahan oksigen
• Pantau saturasi oksigen
• Koreksi keseimbangan asam basa.
• Beri posisi yang memudahkan meningkatkan ekspansi paru.
• Latih batuk efektif dan nafas dalam.
• Kolaborasi pemberian obat.

3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
Rencana Intervensi :
• Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebarannya
• Anjurkan untuk melaporkan nyeri dengan segera
• Berikan lingkungan yang tenang, aktifitas perlahan
• Bantu melakukan teknik relaksasi
• Berikan oksigen tambahan
• Kolaborasi pemberian obat anti nyeri.

4. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung.
Rencana Intervensi :
• Kaji status mental klien
• Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaforesis secara teratur
• Kaji kualitas peristaltic kapan perlu pasang sonde.
• Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas
• Ukur tanda vital dan periksa laboratorium.

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kongesti vaskuler pulmonalis dan perpindahan cairan ke ekstra vaskuler.
Rencana Intervensi :
• Kaji tekanan darah
• Kaji distensi vena jugularis
• Timbang BB
• Beri posisi yang membantu drainage ekstrimitas dan latihan gerak pasif.
• Periksa laboratorium

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan demand oksigen.
• Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD sebelum dan sesudah aktifitas
• Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas
• Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen
• Pertahankan klien tirah baring
• Evaluasi tanda vital saat aktifitas
• Pertahankan penambahan O2 sesuai pesanan
• Selama aktifitas kaji EKG, dispnoe, sianosis, frekuensi dan pola nafas.
• Rujuk program rehabilitasi jantung

7. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan.
• Kaji tanda dan ekspresi verbal kecemasan
• Temani klien selama periode cemas
• Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan
• Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan cemasnya
• Lakukan pendekatan dan komunikasi
• Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganannya
• Kolaborasi pemberian obat anti cemas.

8. Risiko kambuh berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perawatan gagal jantung.
Rencana Intervensi :
• Diskusikan mengenai fungsi normal jantung.
• Jelaskan manfaat diet rendah garam, rendah lemak dan mempertahankan berat yang ideal.
• Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai factor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kambuh.
• Jelaskan untuk memeriksa diri bila ada tanda-tanda kambuh.
• Menyarankan kepada keluarga untuk memanfaatkan sarana kesehatan dim masyarakat.
(Smeltzer, & Suzane C.( 2002)



Daftar Pustaka
Oesman I.N, 1994. Gagal Jantung. Dalam buku ajar kardiologi anak. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal 425 – 441
Smeltzer, & Suzane C.( 2002). Keperawatan medikal beda. Jakarta:EGC.
Suyono.( 2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam.Edisi ketiga.Jakarta:Balai penerbit FKUI.
»»  READMORE...

4.24.2011

10 Benar Pemberian Obat

(Medication Administration – The Ten Rights)
Jika dulu kita hanya mengenal istilah 5 benar atau 6 benar dalam
pemberian obat, namun kita semua sudah berubah. Pemberian obat yang kita
kenal sekarang sudah berkembang menjadi 10 benar. 10 Benar Pemberian Obat
(Medication Administration – The Ten Rights) adalah :
1. The Right Medication
2. The Right Dose
3. The Right Time
4. The Right Route
5. The Right Patient
6. The Right Patient Education
7. The Right Documentation
8. The Right To Refuse
9. The Right Assessment
10. The Right Evaluation
»»  READMORE...

PROSEDUR PEMASANGAN KATETER

A. Definisi
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silicon.
Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
(Dr. Soetomo, 2009).
Kateterisasi urine adalah memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra kedalam kandung kemih (Agoeng, 2010).

B. Tujuan
Tujuan pemasangan kateter menurut Dr. Soetomo, 2009 yaitu :
1. Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
2. Untuk pengumpulan spesimen urine
3. Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
4. Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan.

C. Prosedur sarana dan persiapan
1. Alat
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urin bag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut
(Dr. Soetomo, 2009).

2. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %
(Dr. Soetomo, 2009).

3. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan
(Dr. Soetomo, 2009).

4. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent
(Dr. Soetomo, 2009).

D. Penatalaksanaan
Langkah-langkah pemasangan kateter menurut Dr. Soetomo, 2009 antara lain :
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
a. Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
b. Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit.
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
a. Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
b. Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10. Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11. Memfiksasi kateter :
a. Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
b. Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
13. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
a. Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
b. Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
c. Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
d. Nama terang dan tanda tangan pemasang

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, C. Suzanne, Bare, G. Brenda. 2001. Brunner and Suddarth’s Text Book of Medical Surgical Nursing. 8th vol 2 alih bahasa Kuncoro, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Soetomo Dr. 2009. Prosedur Tetap Standar Pelayanan Medis. Jakarta
Soetomo Dr. 2009. Widjoseno Gardjito,Urologi, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD. Surabaya
Perry, Anne, Griffin, Potter A. Patricia. 2000. Pocket Guide to Basic Skills and Procedures. Alih bahasa: Monica Ester, Jakarta: EGC
»»  READMORE...

4.22.2011

ASKEP ANEMIA

PENGETIAN
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah. (Suyono.( 2001)
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer Smeltzer, & Suzane C, 2002 : 935).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 2000).

PENYEBAB ANEMIA
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain sebagai berikut:
Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.
Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).









PATHWAYS






























MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)

TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda umum anemia:
a. pucat,
b. tacicardi,
c. bising sistolik anorganik,
d. bising karotis,
e. pembesaran jantung.
Manifestasi khusus pada anemia:
Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat.
Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
lebih lengkap langsung download aja disini
»»  READMORE...

Rajin Minum Teh Kurangi Risiko Tulang Keropos


Jakarta, Manfaat teh selama ini lebih sering dikaitkan dengan kandungan antioksidan di dalamnya yang bisa menghambat kanker dan proses penuaan. Padahal minum teh secara rutin juga memberikan manfaat lain, salah satunya mencegah tulang keropos.

Sebuah penelitian terbaru di Taiwan membuktikan, perempuan yang rajin minum teh lebih jarang terkena osteoporosis atau pengeroposan massa tulang. Penelitian yang dilakukan para ahli dari Cheng Kung University tersebut dipublikasikan dalam Taiwan Journal of Family Medicine.

Dipimpin oleh Dr Chang Ying-fan, penelitian ini melibatkan 368 perempuan dewasa berusia rata-rata 65 tahun. Dikutip dari Timeslive, Senin (19/4/2011), 60 di antaranya punya kebiasaan minum teh secara rutin setiap hari sedangkan sisanya 308 jarang atau hanya sesekali waktu minum teh.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tulang serta pengisian kuesioner, 46,7 persen perempuan yang rajin minum teh terkena osteoporosis di usia lanjut. Angka tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok yang jarang minum teh, yakni 63,3 persen.

Dr Ying-fan meyakini, setidaknya ada 2 komponen dalam teh yang bermanfaat yakni fluoride yang menghambat pengeroposan tulang serta flavonoid yang meningkatkan kepadatan massa tulang. Selain itu, senyawa polifenol dan tannin diyakini turut berperan menjaga kepadatan tulang.

Temuan ini bertentangan dengan pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa teh sama bahayanya dengan kopi, karena memicu pengeroposan tulang. Pendapat itu didasarkan pada sifat kafein, kandungan dalam teh dan kopi yang meluruhkan kalsium di tulang lewat urine.

Manfaat teh bagi tulang juga pernah diungkap sebelumnya oleh peneliti dari Chinese University of Hong Kong. Dalam penelitian tersebut, 3 komponen teh hijau yang terbukti berkhasiat menjaga kepadatan tulang adalah epigallocatechin (EGC), gallocatechin (GC) dan gallocatechin gallate (GCG).

Osteoporosis merupakan jenis kerusakan tulang paling banyak diderita oleh perempuan terutama setelah menopause. Kerusakan ini dipicu oleh berkurangnya kepadatan tulang sehingga lebih rentan mengalami retak dan patah tulang, khususnya di pinggul, pergelangan tangan dan tulang punggung.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Kulit Pisang Bisa Memurnikan Air dari Logam Berat


Jakarta, Daripada dibuang begitu saja dan hanya menjadi sampah, kulit pisang bisa dimanfaatkan untuk memurnikan air. Selain murah dan mudah didapatkan, kulit pisang lebih ampuh dibanding penyaring alami lainnya karena mampu menyerap logam berat.

Tidak perlu modifikasi apapun, kulit pisang yang akan dipakai untuk memurnikan air hanya perlu dicincang kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam air. Dengan sendirinya logam berat seperti timbal dan tembaga akan terserap oleh serat-serat yang terdapat pada kulit pisang.

Dikutip dari Sciencedaily, Jumat (11/3/2011), logam berat merupakan polutan yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Dalam tubuh manusia, polutan ini bisa terakumulasi dan memicu dampak negatif dalam jangka panjang atau bahkan bisa diturunkan pada generasi berikutnya.

Timbal (Pb) misalnya, bisa menghambat sintesis hemoglobin atau zat merah darah sehingga mengganggu fungsi saraf maupun organ yang lain. Pada anak, timbal bisa menghambat pertumbuhan sel-sel otak dan menurunkan tingkat kecerdasan ketika tumbuh dewasa.

Sementara itu, logam berat yang lain yaitu tembaga (Cu) jika terakumulasi dalam tubuh manusia bisa memicu pengerasan hati (sirosis) dan kerusakan ginjal. Tembaga juga bisa terakumulasi di jaringan saraf dan kornea mata, sehingga merusak fungsi penglihatan.

Untuk memurnikan air minum dari logam berat, teknologi yang ada saat ini umumnya sangat mahal sehingga kurang terjangkau masyarakat umum. Sementara penyaring alami yang pernah diteliti dan terbukti efektif antara lain limbah sabut kelapa dan kulit kacang.

Selain murah dan mudah didapatkan, kelebihan lain dari kulit pisang adalah bisa digunakan berkali-kali. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Industrial & Engineering Chemistry Research baru-baru ini, kulit pisang yang dicincang bisa dipakai sebanyak 11 kali.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Penggunaan Kaporit untuk Memutihkan Air Bisa Picu Kanker


Depok, Teknologi yang dipakai oleh perusahaan air minum (PAM) saat ini dinilai sudah ketinggalan zaman dan malah bisa membahayakan kesehatan. Kaporit untuk memurnikan air bisa memicu kanker jika digunakan secara berlebihan dan terus menerus.

"Di banyak negara, chlor (kaporit) sudah mulai ditinggalkan dan diganti teknologi lain yang lebih aman misalnya ultraviolet," ungkap pakar teknik lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dr Ir Setyo Sarwanto Mursidik, dalam seminar "Pencemaran Air Minum: Dampak Kesehatan dan Solusinya" di kampus FKM UI Depok, Senin (21/3/2011).

Menurut Ir Setyo, kaporit dalam air PAM sebetulnya tidak banyak. Untuk menjaga kualitas bakteriologis di jaringan terjauh, kaporit hanya dibutuhkan sebanyak 0,2 ppm.

Namun karena buruknya jaringan PAM terutama di kota besar seperti Jakarta, kaporit yang digunakan bisa lebih banyak agar bisa menjangkau pelanggan yang jaraknya cukup jauh. Akibatnya, kadarnya bisa lebih tinggi dari yang seharusnya yakni 0,2 ppm.

"Di kolam renang saja kita bisa merasakan sendiri, kaporit yang terlalu tinggi bisa menyebabkan iritasi kulit apalagi jika diminum, masuk saluran pencernaan. Chlor atau chlorin bersifat karsinogenik sehingga bisa menyebabkan kanker," ungkap Ir Setyo.

Ir Setyo menambahkan, secara teknis tidak mungkin ada solusi tunggal untuk mengatasi masalah pencemaran air. Penggunaan kaporit tidak bisa digantikan dengan satu metode saja, melainkan harus mengombinasikan berbagai metode pemurnian air agar hasilnya lebih aman.

Ia mencontohkan, metode pemurnian air yang bisa dikombinasikan adalah reverse osmosis (RO). Metode ini dinilai paling ekonomis dan mampu menghilangkan 90-99 persen kontaminan, termasuk bakteri dan material organik berukuran di atas 300 dalton.

Namun karena melibatkan membran-membran yang sangat ketat, metode ini menghasilkan laju aliran yang lambat. Keterbatasan ini membuat metode RO tidak bisa mengolah air dalam jumlah banyak, sehingga tetap harus dikombinasikan dengan metode yang lain.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Tubuh Pria Bisa 'Bahenol' Gara-gara Air Putih yang Tercemar


London, Pantat yang padat dan menonjol bisa memberi kesan seksi pada wanita, namun agak aneh jika dimiliki oleh pria. Air putih yang tercemar esterogen diduga bisa memicu perubahan bentuk pantat pria, menjadi bahenol dan tidak proporsional.

Cemaran esterogen atau hormon seks wanita pada air putih yang dikonsumsi sehari-hari bisa datang dari mana saja. Sisa shampoo, sabun, obat-obat terapi sulih hormon (hormone replacement therapy) dan juga pil KB termasuk sumber-sumber pencemaran esterogen pada air minum.

Plastik yang digunakan sebagai kemasan air mineral disebut-sebut juga bisa melepaskan hormon esterogen. Selain itu, produk-produk kecantikan lainnya seperti susu pembersih dan penghilang cat kuku juga mencemari air tanah jika dibuang sembarangan.

Ben Lauder-Dykes, pakar kesehatan dari No1 Fitness Studio di London menyebut cemaran tersebut sebagai esterogen asing atau foreign esterogen. Senyawa itu secara normal tidak dibutuhkan oleh tubuh pria, namun masuk melalui air yang dikonsumsi sehari-hari.

Dari masa ke masa, cemaran esterogen asing itu terus meningkat dan memicu perubahan bentuk tubuh pada beberapa pria masa kini. Menurut Lauder-Dykes, perubahan itu dicirikan dengan makin membesarnya bagian tubuh pria di bagian bawah terutama pantat dan pinggul.

Normalnya, kelebihan berat badan pada pria lebih terpusat pada tubuh bagian tengah terutama perut. Sedangkan pada wanita yang memang memiliki kadar esterogen lebih tinggi, kelebihan berat badan umumnya terpusat di bagian bawah mulai dari paha hingga pinggul.

Bukan hanya membuat tubuh pria menjadi terkesan 'bahenol', cemaran esterogen asing itu juga bisa membahayakan kesehatan pria secara umum. Dikutip dari TheSun, Kamis (21/4/2011), dampak lainnya adalah peningkatan risiko kanker prostat dan gangguan reproduksi alias mandul.

Beberapa ahli kesehatan di Amerika Serikat turut membenarkan pendapat Lauder-Dykes. Bagi para pria, kenaikan kadar esterogen di luar batas kewajaran bisa memicu gangguan metabolisme yang ujung-ujungnya bisa menyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

4.18.2011

Reaksi Balita Ketika Orangtua Bilang Um.. Uh..


New York, Orangtua kadang merasa bersalah ketika terbata-bata menjelaskan sesuatu ke balitanya. Saat orangtua tidak lancar mengatakan sesuatu biasanya ada jeda kata 'Um' (baca: Em atau seperti menggumam) atau 'Uh' (baca: Eh). Tapi omongan ragu-ragu Um dan Uh tersebut ternyata berguna buat balita.

Ilmuwan kognitif menemukan orangtua yang tersandung bicaranya atau ragu-ragu yang istilah teknisnya disebut disfluencies justru membantu balita mereka untuk belajar bahasa yang lebih efisien.

Penelitian ini dilakukan oleh Katherine White dan Richard Aslin dari University of Rochester. Hasil penelitiannya ini telah dipublikasikan secara online di jurnal Developmental Science pada 14 April 2011.

Ketika orangtua sedang mencari kata-kata yang tepat dengan bilang 'Um' atau 'Uh', saat itu menurut peneliti orangtua sudah mengirimkan sinyal ke anak akan adanya kata baru. Sehingga saat orangtua sedang kebingungan berkata 'Um' atau 'Uh' justru balita lebih serius memperhatikannya.

Jeda waktu dengan berkata 'Um' atau 'Uh' membuat balita penasaran akan adanya kata baru yang akan diucapkan orangtua. Proses belajar seperti ini lebih mudah memancing anak untuk memperhatikan bakal adanya kata baru, ketimbang si anak menunggu saja kata-kata baru yang diucapkan orang dewasa yang ternyata bagi balita itu tugas yang jauh lebih berat.

"Ketika lebih banyak menerka sebuah pembicaraan dapat membuat apa yang akan dikomunikasikannya dan didengar menjadi lebih mudah dipahami," kata Profesor Richard Aslin seperti dilansir dari Sciencedaily, Minggu (17/4/2011).

Untuk penelitian tersebut, peneliti mempelajari tiga kelompok balita usia 18-30 bulan. Setiap anak di pangku orangtuanya duduk di depan monitor yang dilengkapi dengan perangkat pendeteksi mata.

Percobaan satu dengan dua gambar dimunculkan di layar, satu gambar yang sudah akrab dengan anak-anak seperti bola atau buku dan satu lagi gambar yang dibuat dengan nama-nama seperti DAX atau Gorp. Percobaan lain dengan sebuah rekaman suara yang berbicara tentang benda-benda dengan kalimat sederhana. Ketika rekaman suara tersebut berkata "Lihatlah... Uh..", balita ternyata akan lebih memperhatikan gambar-gambar yang dibuat sesering mungkin atau hampir 70 persen untuk memperhatikannya.

Tapi dalam penelitian tersebut balita yang merespons kata 'Um' atau 'Uh' lebih intens adalah balita yang berusia lebih dari 2 tahun (lebih dari 24 bulan). Sedangkan balita di bawah usia 2 tahun belum kelihatan adanya efek dari disfluencies (kata-kata jeda).

Anak-anak usia 2-3 tahun biasanya berada pada tahap perkembangan yang pesat di mana mereka bisa membentuk kalimat sederhana dari dua hingga empat kata panjang. Dan mereka biasanya sudah memiliki beberapa ratus kata.

Meski begitu peneliti tidak menyarankan orangtua untuk selalu menambah disfluencies (kata-kata jeda) karena jika terus-terusan dilakukan gaya tersebut bisa ditiru anak. Tetapi sesekali bisa dilakukan untuk memancing anak penasaran dengan kata baru. Jadi ketika orangtua sekali-sekali berkata 'Um' atau 'Uh', anak sudah tahu itu petunjuk belajar untuk kata baru.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Cara Menghindari dan Mengobati Serangan Ulat Bulu


Jakarta, Geli, gatal, kemerahan dan perih adalah reaksi yang ditimbulkan bila Anda menyentuh atau terkena ulat bulu yang beracun. Lantas bagaimana cara menghindari dan mengobati serangan ulat bulu?

Ulat diketahui tidak memiliki sengat layaknya lebah, tetapi ada beberapa spesies yang bisa menimbulkan reaksi gatal, kesemutan bahkan alergi parah bila menyentuh ulat bulu. Hal ini karena beberapa spesies ulat memiliki bulu yang mengandung racun sehingga dapat menimbulkan reaksi gatal dan alergi bagi beberapa orang.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari serangan ulat bulu, seperti dilansir Ehow, Rabu (13/4/2011):

1. Menyemprotkan insektisida di pagi hari
Menyemprotkan langsung insektisida pada sarangnya di dedaunan dan tanaman mampu mengontrol serangan ulat bulu dengan cepat. Pagi hari adalah waktu yang terbaik, saat ulat-ulat berjemur di bawah sinar matahari.

2. Gunakan Bacillus thuringiensis (Bt)
Bacillus thuringiensis adalah pestisida alami berupa bakteri yang tergolong patogen fakultatif dan dapat hidup di daun tanaman maupun pada tanah. Bakteri ini bisa menghasilkan protein yang bersifat toksin (racun) sehingga bisa mematikan serangga. Jenis pengendalian ini dirancang tidak hanya untuk mengendalikan ulat tetapi juga akan mematikan ulat.

3. Buang daun yang menjadi sarang telur ulat
Telur ulat akan terlihat jelas pada dedaunan. Jika Anda menemukannya, buang atau kubur daun yang berisi telur ulat tersebut ke tanah. Sebaiknya dilakukan di pagi atau sore hari, yaitu ketika sebagian ulat masih berada di sarang. Pastikan untuk menggunakan sarung tangan untuk menghindari terkena bulu ulat yang beracun.

Namun bila Anda terlanjur menyentuh atau terkena ulat bulu, maka segera lakukan tindakan pengobatan seperti berikut ini:

1. Hilangkan bulu ulat yang melekat di kulit
Hilangkan bulu ulat uang menempel pada kulit dengan menggunakan kertas, sarung tangan atau selotip. Hilangkan bulu-bulu tersebut secepat mungkin sebelum menyebar ke bagian tubuh lain.

2. Cuci bagian yang terkena bulu
Gunakan air panas atau cuci dengan air dan sabun untuk membantu menghilangkan racun ulat bulu yang tersisa.

3. Usap dengan garam
Usapkan garam dan gosokkan selama 5 menit pada daerah yang terkena bulu untuk menghilangkan sisa bulu dan racun yang tidak hilang saat dicuci.

4. Gunakan minyak kelapa atau batu es
Gunakan minyak kelapa murni (virgin coconut oil) atau batu es untuk membantu mengobati pembengkakan dan nyeri akibat racun ulat bulu. Bila reaksi pembengkakan berlanjut, segera hubungi dokter karena hal ini bisa menjadi reaksi alergi yang serius.

5. Jangan digaruk
Tahan keinginan untuk menggaruk daerah kulit yang gatal akibat racun ulat bulu. Hal ini bisa menimbulkan luka yang bisa menyebabkan infeksi pada kulit. Sebaiknya gunakan krim atau lotion yang bisa mengurangi reaksi gatal karena gigitan serangga.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Cara Menenangkan Anak Sekolah Agar Tak Panik Hadapi Ujian Akhir


Jakarta, Ujian sekolah terutama ujian akhir membuat kebanyakan anak sekolah terutama remaja yang masih labil menjadi panik dan mudah stres. Bagaimana cara orangtua menenangkan putra putrinya yang panik jelang ujian?

Stres adalah perasaan dari ketegangan fisik, mental atau emosional atau ketegangan yang bisa mengganggu keseimbangan fisiologis normal. Stres dapat terjadi pada siapa pun, namun bisa sangat sulit bagi anak sekolah yang belum memliki kemampuan emosi yang seimbang. Dan ujian sekolah bisa sangat mudah membuat mereka stres dan panik.

Berikut beberapa gejala stres dan kecemasan yang biasanya ditunjukkan anak sekolah jelang ujian, seperti dilansir militaryschoolalternatives, Minggu (17/4/2011):

Susah tidur hingga menjadi kurang tidur
Kesulitan bernapas,
Kehilangan nafsu makan atau makan yang tidak teratur
Menunjukkan perilaku adiktif perilaku seperti merokok atau minum
Menangis berlebihan atau tidak terkendali
Agresi atau perubahan suasana hati
Sering mengalami serangan panik.


Lalu apa yang harus dilakukan orangtua?

Salah satu tanda-tanda stres pada anak sekolah menjelang ujian di atas harus diwaspadai oleh orangtua. Untuk membantu mengatasi stres dan tetap fokus, orangtua harus mendorong anak untuk mengatur waktu, makan dan tidur nyenyak, olahraga, dan meminta bantuan ketika mereka membutuhkannya. Orang tua juga dapat lebih memahami perilaku, suasana hatinya pada saat stres.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua saat putra atau putri remajanya sedang menghadapai stres jelang ujian:

1. Terlibat dalam proses belajar
Orangtua perlu dilibatkan dalam proses belajar remaja. Hal terbaik adalah hanya untuk mendengarkan. Yang remaja cari adalah keberadaan Anda, untuk berbicara, menangis atau hanya untuk duduk bersama mereka saat belajar agar tenang. Berkomunikasi secara terbuka dengan anak remaja Anda, dapat mendorong remaja untuk mengekspresikan kekhawatiran dan ketakutan, tapi jangan biarkan mereka berfokus pada ketakutan.

Bantu anak remaja Anda melakukan yang terbaik, tapi cobalah untuk tidak menekan atau membuatnya merasa bahwa Anda akan kecewa jika ia tidak melakukannya hal yang terbaik.

Mencoba menjejalkan semua informasi pada menit terakhir hanya akan menyebabkan stres anak remaja Anda. Bantu mengatur target belajar realistis untuk mencegah stres dan meningkatkan proses pembelajaran anak remaja Anda.

2. Menyediakan suasana yang tenang untuk belajar
Sediakankan tempat atau ruangan yang tenang untuk putra putri Anda belajar. Anda juga bisa membantunya belajar bila ia memintanya.

3. Memberi makanan yang bergizi
Sangat penting bagi anak remaja Anda untuk makan yang sehat dan seimbang pada saat ujian agar tetap fokus dan melakukan yang terbaik. Stres menjelang ujian dapat membuat beberapa remaja kehilangan nafsu makan.

Beberapa nutrisi yang penting untuk otak anak menjelang ujian antara lain protein pada telur, kacang, biji-bijian dan kacang-kacangan, serta asam lemak omega-3 pada ikan.

Hindari makanan yang mengandung karbohidrat sederhana seperti bubur atau nasi putih, karena akan mudah membuat anak mengantuk. Gantilah karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks seperti roti gandum atau kentang rebus. Karbohidrat ini akan membuatnya merasa kenyang lebih lama dan meningkatkan energi.

Menjelang ujian sekolah, siswa juga harus menghindari konsumsi kopi dan minuman ringan tinggi gula. Kafein pada kopi dan minuman ringan dapat menyebabkan kegelisahan dan mengganggu kemampuan otak untuk fokus.

4. Bantu anak untuk bersantai
Pastikan anak Anda mendapatkan tidur yang cukup sebelum ujian. Buat ia merasa santai dan tenang. Pastikan juga ia melakukan olahraga yang bisa mengurangi stres.

5. Tunjukkan sikap positif
Sikap orangtua akan menentukan emosi remaja. Jika Anda panik maka akan membuat anak semakin tertekan dan meningkatkan stres. Buat remaja merasa diterima dan hargai setiap usaha yang dilakukannya. Yang paling penting, yakinkan anak remaja Anda bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja, tidak peduli apapun hasilnya.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Obat-obat yang Efek Sampingnya Bisa Mengobati Penyakit Lain


Jakarta, Selain memiliki khasiat atau indikasi, setiap obat juga punya efek samping yang umumnya selalu dihindari. Namun ada juga beberapa obat yang efek sampingnya justru lebih berguna dan banyak digunakan daripada indikasi yang sebenarnya.

Dari kelompok Over the Counter (OTC) atau obat bebas, detikHealth pernah mengulas beberapa obat yang efek sampingnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain. Di antaranya obat jerawat yang bisa mengobati wasir serta obat asma untuk menghentikan mimisan.

Bukan hanya obat bebas, obat-obat keras yang digunakan dalam pengobatan penyakit kronis juga banyak yang difungsikan di luar indinasi sebenarnya. Alternatif penggunaan obat tersebut tidak ada dalam gudeline atau panduan resmi bagi tenaga medis, namun digunakan berdasarkan eksperimen.

Beberapa obat yang dipakai tenaga medis karena memiliki manfaat tersembunyi antara lain sebagai berikut, seperti dilansir detikHealth, Senin (18/4/2011), dari WebMD, Pubmed.gov serta Guardian.

1. Obat kanker untuk mencegah kebutaan
Meski fungsi utamanya adalah untuk mengobati kanker usus besar (colon cancer), injeksi Avastin (Bevacizumab) dipakai oleh dokter mata di Eropa untuk mencegah kerusakan makular akibat proses penuaan atau AMD (Age-related Macular Degenerative). AMD merupakan salah satu pemicu kebutaan pada lansia.

2. Obat hipertensi untuk membangkitkan gairah seks
Meski sangat populer sebagai obat impotensi, Viagra (Sildenafil) awalnya justru digunakan sebagai obat jantung dan hipertensi pulmonari atau tekanan darah tinggi di paru-paru. Hanya karena efek sampingnya bisa membangkitkan ereksi, obat ini akhirnya malah dipasarkan sebagai obat anti-impotensi pada laki-laki.

3. Obat epilepsi untuk mengatasi gangguan jiwa
Awalnya, carbamazepine merupakan obat antikejang pada penderita epilepsi. Namun belakangan obat ini digunakan juga untuk mengatasi berbagai kondisi kejiwaan seperti Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), schizophrenia dan gangguan stres pasca trauma.

4. Antiradang untuk memperbaiki fungsi paru-paru
Dexamethasone dikenal sebagai steroid antiradang yang dipakai dalam pengobatan nyeri sendi atau arthritis. Sebuah penelitian di University of Southern California menunjukkan, obat ini juga bisa memperbaiki kelainan fungsi paru pada janin dan bayi baru lahir.

5. Obat pencahar untuk mencegah preeklamsia
Sebagai obat sehari-hari, Garam Inggris atau Magnesium Sulfat (MgSO4) cukup dikenal sebagai pencahar untuk mengatasi susah air besar. Manfaat lainnya di klinik kebidanan adalah sebagai alternatif pengatasan untuk preeklamsia atau tekanan darah tinggi pada proses persalinan, khususnya pada bayi yang lahir prematur.

6. Obat sakit kepala untuk mengatasi ketombe
Sebagai pereda nyeri, aspirin sangat ampuh menghilangkan sakit kepala. Namun obat ini dikenal juga karena punya banyak khasiat, antara lain mengusir ketombe dengan cara mencampur tablet yang sudah digerus pada shampoo yang digunakan untuk keramas.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

4.11.2011

Pubertas Pria Itu Tandanya di Testis Bukan Mimpi Basah


Jakarta, Apa tanda awal anak laki-laki mulai pubertas? Kebanyakan orang akan menjawab mimpi basah. Anggapan itu ternyata salah, karena awal pubertas laki-laki ditandai oleh pembesaran testis atau buah zakar bukan dari mimpi basah.

Pubertas adalah masa transisi antara anak dan dewasa. Pubertas tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi terjadi secara bertahap. Tanda yang paling sering ditemui adalah perubahan fisik dan psikologis.

"Orang sering menganggap bahwa awal pubertas pada anak laki-laki adalah mimpi basah, padahal bukan itu. Pubertas pada laki-laki ditandai dengan terjadinya pembesaran testis," jelas dr Aditya Suryansyah Semendawai, Sp.A, dalam acara Talkshow Media dan Peluncuran Buku 'Panik Saat Puber? Say No!!!' di Magenta Cafe, Pacific Place, Jakarta, Rabu (6/4/2011).

Lebih lanjut dr Aditya menjelaskan bahwa awal pubertas pada laki-laki ditandai dengan pembesaran testis atau buah zakar sekitar lebih dari 3 ml. Perubahan ini kemudian akan diikuti dengan pertumbuhan penis, rambut pubis (kemaluan) dan perubahan suara.

"2 tahun setelah testis membesar barulah si anak laki-laki mengalami mimpi basah. Jadi mimpi basah itu bukan tanda awal pubertas," jelas dr Aditya yang merupakan spesialis anak di RSAB Harapan Kita.

dr Aditya juga menjelaskan bahwa pada pertengahan masa pubertas akan terjadi pertumbuhan tinggi badan yang cepat.

"Seringkali terlihat awal pubertas anak perempuan lebih cepat besar, tapi setelah beberapa tahun anak laki-laki menyusul tinggi badannya," tutur dr Aditya yang mendalami masalah hormon pertumbuhan.

Yang sering menjadi masalah, banyak orangtua yang kesulitan menentukan kapan anak laki-lakinya mulai remaja. Hal ini menurut dr Aditya karena jarang orang yang memeriksa besarnya testis anak.

"Dari studi yang saya lakukan di Ciputat, Pamulang, 2 dari 215 anak laki-laki tidak punya 'telur' dan ini tidak terlacak. Ya ini karena orangtuanya tidak tahu dan tidak diperiksakan. Padahal sedari lahir, testis ini harus diperiksa apakah tumbuh secara normal dan pembesaran testis akan jadi tanda awal pubertas," jelas dr Aditya.

Secara normal, lanjut dr Aditya, anak laki-laki mengalami pubertas pada usia 9 sampai 14 tahun. Sedangkan pada anak perempuan secara normal terjadi pada rentang usia 8 hingga 13 tahun.

Tapi usia awal datangnya pubertas juga bervariasi pada masing-masing anak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya , antara lain seperti disebutkan dr Aditya adalah:

Etnis
Keadaan sosial
Psikologis
Nutrisi
Aktivitas
Penyakit kronis


"Beberapa faktor ini juga bisa menyebabkan anak mengalami pubertas dini atau malah pubertas terlambat," kata dr Aditya.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...