7.24.2011

Mengukur Tekanan Cairan di Otak Tanpa Operasi


Jakarta, Selama ini untuk mengetahui tekanan cairan di dalam otak (tekanan intra kranial) membutuhkan alat yang mahal dan proses operasi. Tapi dokter dari FKUI berhasil menemukan cara mengukur cairan di otak melalui sampel darah dan cairan otak.

Peningkatan tekanan intra kranial biasanya disebabkan karena adanya penambahan massa dalam rongga kepala maupun cacat bawaan terutama yang mengganggu jalannya aliran cairan otak.

"Standar baku untuk mengukur tekanan intra kranial dengan cara operasi memasukkan selang ke kepala yang terhubung dengan monitor hingga keluar grafik elektromagnetik. Tapi alat ini harganya mahal dan tidak banyak," ujar Dr Wismaji Sadewo disela-sela acara promosi doktornya dengan disertasi berjudul Petanda Stres Oksidatif Pada Peningkatan Tekanan Intra Kranial di ruang Sena Pratista FKUI, Senin (18/7/2011).

Dr Wismaji menuturkan peningkatan tekanan intra kranial ini membutuhkan pemantauan secara kontinyu dari waktu ke waktu, sehingga jika ada perubahan yang terjadi bisa ditentukan strategi penanganan sebelum berlanjut ke arah kerusakan permanen.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr Wismaji didapatkan bahwa untuk mengetahui tekanan intra kranial dari seorang pasien bisa dilihat dari 4 senyawa, yaitu enzim katalase, reduktor NADPH, Super Oxida Dismutase (SOD) dan metabolit MDA.

Hal ini karena adanya mekanisme di tingkat seluler dan molekuler bisa menghasilkan senyawa tertentu pada kasus peningkatan tekanan intra kranial. Konsentrasi keempat senyawa ini didapatkan melalui darah dan dibandingkan dengan konsentrasi yang didapatkan melalui cairan otak.

"Darah yang diambil bisa darimana saja, tapi lebih dekat dengan otak akan lebih baik, sedangkan untuk cairan otak diambil dari sumsum tulang belakang," ungkap dokter yang lahir di Demak 42 tahun silam.

Darah dan cairan otak yang diambil ini nantinya akan dikirim ke laboratorium dan dimasukkan dalam sebuah program sehingga bisa diketahui berapa tekanan intra kranialnya, apakah termasuk normal (<10 cm H2O), naik ringan (10-15 cm H2O), naik sedang (16-25 cm H2O) dan tekanan tinggi (>25 cm H2O).

Studi yang dilakukan selama 4 tahun ini melibatkan 24 responden yang memiliki rentang usia 3-63 tahun. Penyebab penyakitnya pun berbeda-beda yaitu stroke hemorajik sebanyak 9 kasus, trauma 5 kasus, neoplasma 7 kasus dan kasus lainnya sebanyak 3.

Hasil studi mendapatkan jika nilai SOD turun, NADPH turun dan MDA meningkat menunjukkan seseorang memiliki kelainan dengan intra kranialnya. Sedangkan jumlah enzim katalase yang rendah menunjukkan peningkatan tekanan intra kranial yang tinggi.

"Nilai tekanan intra kranial yang diketahui bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis, menentukan prognosis kelainan yang ada, menentukan strategi terapi lanjutan dan mengevaluasi hasil pengobatan yang telah dilakukan," ungkapnya.

Dr Wismaji berharap dengan ditemukannya hal ini, pengukuran tekanan intra kranial bisa menjadi lebih mudah sehingga pengobatan yang diberikan untuk pasien menjadi lebih tepat.
sumber www.ddetik.com
»»  READMORE...

Suka Menyalahkan Orang Lain Tandanya Otak Sedang Kelelahan


Jakarta, Ketika segala sesuatu berjalan tidak sesuai rencana, beberapa orang cenderung mudah menyalahkan orang lain sebagai pemicunya. Tidak selalu berarti orang tersebut galak, kadang-kadang itu terjadi karena hanya otaknya sedang kelelahan.

Sebuah penelitian di University of Arkansas mengungkap, penyebab utama orang mengalami kelelahan otak adalah kurang tidur. Rasa kantuk bisa mengganggu koordinasi saraf, sehingga fungsi otak mengalami kemunduran yang sifatnya temporer atau sementara.

Hal ini teramati pada sekelompok mahasiswa yang menjadi obyek penelitian tersebut, khususnya saat bersama-sama dalam sebuah kepanitiaan menggelar suatu acara. Mahasiswa dengan level stres yang tinggi cenderung menyalahkan teman-temannya saat terjadi kesalahan.

David Mastin, seorang profesor psikologi yang memimpin penelitian tersebut mengatakan kondisi itu merupakan salah satu efek samping yang ditimbulkan oleh rasa kantuk. Kelelahan otak saat mengantuk membuat orang mudah tersinggung, suasana hati gampang berubah dan suka protes.

"Dampak dari rasa kantuk sangat mengganggu, salah satunya karena membuat otak sulit membuat keputusan yang baik," ungkap Prof Mastin dalam laporannya yang dimuat di jurnal SLEEP edisi pekan lalu seperti dikutip dari MSNBC, Rabu (20/7/2011).

Kesimpulan ini dibenarkan oleh salah seorang partisipan yang terlibat dalam penelitian, Sherri Williams yang merupakan mahasiswa doktoral tahun pertama di Syracuse University. Kurang lebih setekan sebelumnya, Sherri mengalami sendiri bagaimana ia marah pada dunia.

Suatu hari dalam hidupnya, segala sesuatu tampak salah lalu ia kehilangan kontrol emosi dan mulai menyalahkan orang-orang di sekitarnya. Pada malam sebelumnya, ia memang bergadang untuk menyelesaikan tugas kuliah yang harus dikumpulkan hari berikutnya.

"Semuanya bikin saya mara, termasuk tagihan telepon dan TV yang membengkak. Belakangan saya sadar, hampir tiap hari saya terjaga selama 27 jam. Bukan lagi 24 jam saking jarangnya saya tidur," ungkap Sherri yang saat ini berusia 38 tahun.

Menurut Prof Mastin, solusi untuk mengatasi kelelahan otak sama sekali tidak sulit. Ia mencontohkan sebuah tradisi sehat di Amerika Latin, yakni warganya jarang marah-marah karena sejak kecil dibiasakan tidur siang untuk memulihkan kebugaran otak.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Sunat Tak Hanya Cegah HIV Tapi Juga Kanker Penis


Sydney, Selama ini manfaat sunat pada laki-laki selalu dikaitkan dengan risiko penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Kini manfaat sunat bertambah setelah ditemukan bahwa pemotongan kulit penis bisa mencegah kanker di bagian tersebut.

Brian Morris, MD, seorang peneliti dari University of Sydney mengatakan risiko kanker penis pada laki-laki yang tidak disunat adalah 1:1.000. Angka itu sebenarnya kecil, namun tetap lebih besar dibandingkan risiko pada laki-laki yang disunat yaini 1:50.000.

"Kanker penis lebih banyak ditemukan di negara-negara yang penduduk laki-lakinya jarang disunat. Namun hubungan sunat dengan kanker bukan hanya semacam kecenderungan, ada alasan ilmuah di belakangnya," ungkap Morrris seperti dikutip dari MensHealth.com, Sabtu (23/7/2011).

Menurut Morris, kulit yang ketat di bagian depan membuat alat kemaluan laki-laki yang tidak disunat jadi sulit dibersihkan. Jika menumpuk, kotoran yang menempel di bagian itu dapat memicu radang atau inflamasi yang merupakan salah satu faktor pencetus kanker penis.

Faktor lain yang mendasarinya adalah infeksi Human Pappoloma Virus (HPV), sejenis virus yang ditularkan melalui hubungan kelamin dan pada perempuan bisa memicu kanker serviks atau leher rahim. Kondisi kepala penis yang tertutup cenderung lembab, sehingga disukai oleh HPV.

Meski infeksi HPV bisa dicegah, Morris mengatakan bahwa vaksinasi saja tidak cukup. Vaksin yang ada saat ini hanya bisa mencegah infeksi 2 dari sekitar 20 jenis HPV, sehingga kadang-kadang dibutuhkan upaya pencegahan lain dalam hal ini sunat.

Kalaupun tetap memilih untuk tidak disunat, Morris menekankan agar laki-laki selalu menjaga kebersihan alat kelamin terutama di bagian yang tertutup kulup (kulit yang menutup kepala penis). Cara membersihkannya adalah dengan menarik kulup itu ke belakang, lalu dibersihkan sambil mandi.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...