5.31.2011

Ukuran Pinggang Lebih Akurat Prediksi Penyakit Jantung


Rochester, Minnesota, Ahli kesehatan telah sepakat bahwa obesitas (kegemukan) dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Tetapi ukuran pinggang ternyata lebih akurat untuk memprediksi kematian jantung ketimbang berat badan.

Beberapa studi telah menemukan bahwa indeks massa tubuh (BMI) berhubungan dengan risiko kematian akibat penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya.

Namun menurut analisis baru dalam Journal of American College of Cardiology, ukuran pinggang menyediakan cara yang jauh lebih akurat untuk memprediksi kemungkinan pasien jantung meninggal pada usia dini karena serangan jantung atau penyebab lainnya.

Peneliti menemukan bahwa jantung pasien dengan rasio lingkar pinggang-panggul besar atau ukuran pinggang besar, lebih besar dari 35 inci (89 cm) untuk wanita atau 40 inci (101,6 cm) untuk laki-laki, 70 persen lebih mungkin meninggal dibandingkan pasien dengan pinggang yang lebih kecil.

Dan tentunya kombinasi pinggang besar dan BMI tinggi menaikkan risiko kematian bahkan menjadi lebih besar lagi.

"Yang paling penting adalah distribusi lemak, lebih dari apa pun," kata peneliti utama, Fransisco Lopez-Jimenez, MD, seorang ahli jantung di Mayo Clinic, di Rochester, Minnesota, seperti dilansir CNN, Selasa (3/5/2011).

Menurut Jean-Pierre Despres, Ph.D., direktur penelitian di Quebec Heart and Lung Institute di Laval University, di Quebec City, studi baru ini memberikan bukti lebih banyak tentang kekurangan BMI dalam menilai risiko jantung.

"Jika Anda mengukur BMI, Anda tidak menilai bentuk tubuh dan Anda tidak menilai distribusi lemak tubuh. Saya tidak mengatakan bahwa BMI tidak berguna, hanya saja kita perlu mengetahui bahwa BMI adalah total kolesterol dari lemak. Kita tahu bahwa ada kolesterol baik dan buruk, juga ada lemak baik dan buruk," kata Despres.

BMI juga tidak membedakan antara lemak dan otot, tambah Despres. Ia menjelaskan, jantung pasien yang menjalani gaya hidup mungkin akan mengalami penurunan BMI karena mereka kehilangan massa otot, sementara pasien penyakit jantung yang menjadi lebih aktif sebenarnya bisa menambah berat badan dan meningkatkan BMI karena mereka menambahkan massa otot.

Mengapa ukuran pinggang atau lemak perut lebih berbahaya?

Lemak di perut cenderung menjadi tanda lemak visceral atau lemak yang mengumpulkan sekitar organ di perut. Lemak ini dapat mempromosikan resistensi insulin dan kolesterol tidak sehat, dan juga dapat meningkatkan peradangan.

"Genetika memainkan peranan 'sangat kuat' untuk menentukan apakah berat badan menumpuk di sekitar pinggang," ujar Despres.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Penyebab Deg-degan Saat Melihat Orang yang Ditaksir


Jakarta, Saat melihat orang yang dicinta biasanya jantung akan berdebar-debar dan perasaan jadi tidak menentu. Kenapa orang jadi deg-degan jika melihat seseorang yang dicintainya?

Ketika seseorang melihat orang yang dicintainya maka kondisi ini akan sangat erat hubungannya dengan gairah fisiologis secara keseluruhan. Biasanya akan dimulai dengan detak jantung yang meningkat dan tubuh berkeringat.

"Ketika Anda melihat orang yang dicintai maka jantung akan mulai berdetak lebih cepat, hal ini karena adanya hormon adrenalin yang keluar," ujar Dr Reginal Ho, seorang profesor kedokteran dari Thomas Jefferson University Hospital di Philadelphia, Pennsylvania, seperti dikutip dari CNN, Kamis (19/5/2011).

Dr Ho menjelaskan bahwa saat melihat orang yang dicinta maka otak akan mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal yang berfungsi mengeluarkan hormon seperti adrenalin, epinefrine dan norepinefrine. Hormon ini akan mengalir melalui darah dan menyebabkan jantung berdebar lebih cepat dan kuat.

Selain itu adanya hormon norepinefrine yang mengatur perhatian serta tindakan untuk merespons akan membuat seseorang merasa lututnya lemas. Dan Orang yang sedang jatuh cinta akan mengalami aktivitas di daerah otak yang memproduksi neurotransmitter dopamin. Seperti diketahui bahwa dopamin dan norepinefiren berhubungan erat.

Dopamin yang diproduksi tersebut akan memberikan seorang perhatian yang terfokus, hasrat, euforia, energi dan motivasi yang kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Meski begitu hal ini juga bisa berbahaya bagi orang yang memiliki masalah jantung serius. Karena jika detak jantung meningkat akan membuatnya menggunakan oksigen lebih banyak, kondisi ini bisa berisiko bagi orang yang memiliki penyumbatan pembuluh darah atau pernah mengalami serangan jantung sebelumnya. Tapi pengobatan tertentu bisa membantu mengurangi risiko yang ada.

Namun jatuh cinta juga memiliki manfaat bagi kesehatan, karena bisa membuat seseorang mengontrol rasa sakit lebih baik, mengurangi kecemasan, lebih optimis dan memandang hidup lebih positif. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap status kesehatannya secara menyeluruh.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

5.22.2011

Yang Harus Anda Tahu Tentang Florence Nightingale (Pelopor Perawat Modern) 4


Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus
1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia
berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh
yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah
keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly.
Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis (“demam Krimea”) yang
menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari
kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria – dan meskipun terdapat
keterbatasan kurungan pada ruangannya – Nightingale memainkan peran utama dalam
pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert
menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.

Karir selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk
memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang
membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus
untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang
berpendidikan.
Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat
akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London.
Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik
mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan
gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin.
Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran disekolah tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya,
berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool
Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal
Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan
ditempat-tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis
berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan
mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan.
Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary’s Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia. Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on
Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah
Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan
orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang
perawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”,
berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke
Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah
perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal
Red Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratusratus
undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of
Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak
lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia
menulis, “Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.”

Meninggal dunia
Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus
1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia
dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.
»»  READMORE...

5.20.2011

Yang Harus Anda Tahu Tentang Florence Nightingale (Pelopor Perawat Modern) 3


Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat
pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick
Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London,
posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya 500 per tahun
(setara dengan 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya.
Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak
pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;
“ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendetapendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ”
Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Perang Krimea
Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama
tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam
pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk
para prajurit yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke
Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit
yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya,
“Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan
pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”.
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah
tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk
menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satusatunya
wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan
karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh
Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah
kapal.
Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai
di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja
karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan
beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki,
dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh
tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauhjauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah
sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur
para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang
bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda. Penjagaan
dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;
Perban diganti secara berkala.
Obat diberikan pada waktunya.
Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
Meja kursi dibersihkan.
Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai
dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.
Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum
hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci
mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah
kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan
serangan seksual.
Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak
perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan
dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence
menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan
yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak
pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang.
Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan
limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale
datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.
Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh
nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih
mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil
dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya
pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah.
Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya
kepada Mayor Prince.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence
berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari
Berlampu”. Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul “Santa Filomena”, yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
“ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku”
»»  READMORE...

5.19.2011

Yang Harus Anda Tahu Tentang Florence Nightingale (Pelopor Perawat Modern) 2


Perjalanan ke Jerman
Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh
tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan
istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik).
Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan
oleh para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membaw angan-angan tersebut.

Belajar merawat
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang
putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa “terpanggil” untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton
Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak
karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia
keperawatan.

Ditentang oleh keluarga
Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada
masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:
Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang
miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka,
sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak
pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit
dengan tidak senonoh
Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena
alasan-alasan tersebut di atas.
Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati
Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung
melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan,
namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat
membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar
Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk
mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di
Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan.
Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.
»»  READMORE...

5.18.2011

Yang Harus Anda Tahu Tentang Florence Nightingale (Pelopor Perawat Modern) 1


Jika anda perawat ataupun mahasiswa keperawatan, tentu tidak asing lagi dengan nama
Florence Nightingale. Dialah yang disebut-sebut sebagai pelopor keperawatan modern yang
kita kenal. Berikut ini adalah sejarah kehidupan Florence yang jika coba kita cermati akan
membuat kita semakin memahami nilai dan esensi keperawatan:
Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – wafat di London, Inggris, 13
Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli
statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The
Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang
Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan
kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan
pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi
perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan
Inggris.



Masa kecil
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan.
Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia
atau Florence dalam bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik
ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire,
London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale
adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan
bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup
sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat,
kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas,
sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang
membutuhkan.
»»  READMORE...

5.17.2011

Remaja Andalkan Kopi untuk 'Kesibukannya' di Larut Malam


Jakarta, Kebiasaan remaja tidur hingga larut malam tidak hanya mengganggu pertumbuhan, tetapi juga bikin gemuk. Semakin malam tidur makin banyak asupan yang ditelan dan kafein jadi pilihan utama.

Penelitian yang dilakukan Christina Calamaro, Ph.D menemukan alasan remaja tidur hingga larut malam adalah karena terlalu sibuk untuk:

Mengirim email
SMS
Chatting
Menonton TV
Bermain game komputer


"Untuk tetap melakukan kegiatan itu dan tetap terjaga remaja minum banyak kafein," jelas Christina Calamaro, Ph.D., yang meneliti kaitan antara tidur dan obesitas pada remaja, seperti dilansir Psycentral, Minggu (15/5/2011).

Dalam penelitiannya, Calamaro mengumpulkan hasil wawancara dari 100 remaja usia 12 hingga 18 tahun. Penelitian menemukan bahwa remaja yang sering tidur malam lebih banyak mengonsumsi kafein, sehingga makin sedikit waktu tidur yang mereka miliki.

Hasil penelitian yang telah dipublikasikan pada jurnal Pediatrics menemukan 85 persen dari remaja dalam penelitian tersebut minum kafein dengan porsi harian, dan 11 persen minum kafein lebih dari 400 mg kafein dalam sehari, yang setara dengan 4 gelas.

"Ini bukan hanya tentang kafein, tapi ini tentang kalori," kata Calamaro.

Makin banyak kalori yang ditimbun dalam tubuh maka semakin besar kemungkinan tubuh mengalami obesitas (kegemukan) yang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit berbahaya, seperti diabetes, penyakit jantung.

Studi lain yang dilakukan oleh peneliti George Institute for Global Health di Sydney, menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur lebih mungkin terkena penyakit mental.

Berdasarkan hasil studi tersebut, orang yang tidur kurang dari 5 jam setiap malam, tiga kali lipat lebih mungkin mengalami penyakit mental ketimbang orang yang tidur 8-9 jam setiap malam.

Remaja dan dewasa muda usia antara 17 sampai 24 tahun seharusnya memiliki waktu tidur rata-rata 8 atau 9 jam per malam.
sumber detik.com
»»  READMORE...

Waspadai Keracunan Karbon Monoksida di Dalam Rumah


Washington, Keracunan karbon monoksida bisa terjadi di rumah. Membakar sampah di halaman rumah, memanaskan mobil di garasi yang tertutup atau asap dari perapian bisa menjadi penyebabnya.

Karbon monoksida merupakan salah satu senyawa yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna. Karbon monoksida yang terhirup dalam tubuh bisa menimbulkan bahaya dan dapat meracuni tubuh yang bisa berakibat hingga kematian.

Seperti yang dialami oleh Cheryl Burt saat harus kehilangan dua dari tiga anaknya yang meninggal akibat keracunan karbon monoksida saat tengah tidur. Burt tidak menyangka bahwa suatu hal yang dipikirnya tidak bermasalah bisa merenggut nyawa anaknya.

"Ketika ada karbon monoksida di dalam rumah, seseorang tidak dapat melihat, merasakan ataupun mencium baunya. Orang hanya bisa merasakan efeknya seperti sakit kepala, mual dan pusing tapi Anda tidak menyadari bahwa Anda telah mengalami keracunan," ujar Cheryl Burt, seperti dikutip dari ABCNews, Selasa (22/12/2009).

Pada malam kejadian 14 tahun lalu itu, menurut Cheryl dirinya tidur bersama ketiga anaknya Nicholas Todd Burt (4 tahun), Zachary Todd Burt (16 bulan), dan Ryan Todd Burt. Tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa ketika tersadar kepalanya begitu sakit dan badannya teramat lemah akibat terkena racun yang membuatnya sulit bergerak.

Hanya Cheryl dan Ryan yang akhirnya bisa selamat sedangkan dua balitanya tewas disampingnya akibat keracunan CO. Keracunan CO yang dialami keluarganya berasal dari tungku perapian yang ventilasinya tidak berfungsi dengan baik sehingga asap CO tidak bisa keluar dari rumah.

Cheryl mengungkapkan ceritanya 14 tahun lalu itu di depan kongres AS pada 17 Desember 2009 sebagai bagian dari kampanye meningkatkan kesadaran tentang keracunan karbon monoksida.

Di Amerika Serikat diperkirakan setiap tahunnya 500 orang meninggal akibat keracunan karbon monoksida dan 15.000 orang harus dilarikan ke rumah sakit dengan gejala keracunan karbon moniksida.

Untuk mencegah terjadinya keracunan karbon monoksida memang dibutuhkan alat detektor yang memenuhi standar untuk menentukan apakah kadarnya sudah melewati batas normal atau tidak. Dengan alat detektor ini maka kasus keracunan akibat senyawa karbon monoksida bisa dikurangi atau dicegah.

Karbon monoksida adalah hasil sampingan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar seperti gas alam, minyak, minyak tanah dan kayu. Menurut komisi keamanan produk konsumen AS (CPSC), cara termudah agar bisa melindungi diri dari keracunan karbon monoksida adalah dengan memiliki alat detektor tersebut.

Gejala yang paling umum dari keracunan karbon monoksida ini sulit untuk didiagnosis karena mirip dengan penyakit lainnya. Gejala-gejalanya termasuk sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit dada dan merasa bingung (kebingunan). Jika dalam keluarga ada yang mengalami gejala ini, waspadalah kemungkinan adanya kebocoran gas karbon monoksida di dalam rumah.

Penyebab keracunan yang paling umum terjadi di dalam rumah misalnya membakar sampah atau barang lainnya di halaman rumah serta menyalakan mobil di ruang tertutup seperti garasi sehingga gas karbon monoksidanya bisa masuk ke dalam rumah. Jika kadarnya tinggi tak menutup kemungkinan orang-orang yang berada dalam rumah bisa mengalami sesak napas dan pusing.

Keracunan terjadi karena sel-sel darah merah mengikat karbon monoksida lebih cepat dibandingkan dengan oksigen. Sehingga jika ada banyak karbon monoksida di udara, tubuh akan mengganti oksigen dengan karbon monoksida tersebut. Oksigen dihambat oleh tubuh sehingga bisa merusak jaringan dan menyebabkan kematian.

Penggunaan alarm CO sangat membantu untuk mengetahui apakah kadar CO di rumah sudah diambang batas atau belum.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Lensa Kontak yang Bikin Mata Tampak Besar Ternyata Berbahaya


Jakarta, Lensa kontak tak hanya dipakai oleh orang yang matanya bermasalah. Anak-anak muda menggunakan lensa kontak untuk bergaya agar bola matanya berganti warna atau kelihatan tampak besar.

Tapi lensa kontak kosmetik yang membuat mata terlihat lebih besar (lensa kontak jenis circle) ternyata berbahaya untuk kesehatan bila dibeli tanpa resep. Hal ini diperingatkan oleh American Academy of Ophthalmology (AAO).

AAO prihatin meningkatnya penggunaan lensa kontak tanpa resep di kalangan remaja dan dewasa muda baru-baru ini, setelah bintang pop Lady Gaga tampil menawan dengan lensa kontak dalam video klipnya 'Bad Romance'.

Lensa kontak 'circle' dibuat melampaui iris dan lensa mata, yang membuat mata tampak lebih besar. Tapi itu dapat membahayakan mata, terlebih lagi bila penggunaannya tidak disertai resep yang tepat.

Menurut AAO, penjualan lensa kontak kosmetik 'mata besar' tanpa resep sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah Amerika Serikat sejak tahun 2005, tetapi penjualan tetap saja terjadi melalui media online.

Asal tahu saja, semua lensa kontak diklasifikasikan sebagai alat medis dan hanya dapat didistribusikan melalui perawatan mata profesional yang berlisensi.

"Kami mengingatkan konsumen tentang bahaya dari membeli lensa kontak kosmetik tanpa resep, termasuk lensa kontak 'circle'. Setiap jenis lensa kontak adalah alat medis yang memerlukan resep yang tepat oleh perawatan mata profesional yang berkomitmen pada konsumen," pernyataan AAO, seperti dilansir dari Health24, Jumat (9/7/2010).

Dokter mata juga mencatat bahwa peradangan dan nyeri yang terjadi karena penggunaan lensa 'circle' tanpa resep dapat menyebabkan masalah yang serius, termasuk lecetnya kornea dan infeksi.

AAO juga mendesak bahwa semua lensa kontak harus dipasang oleh profesional yang terlatih. Serta siapapun yang mengembangkan rasa sakit, terbakar, kemerahan, lecet atau sensitivitas terhadap cahaya ketika menggunakan lensa kontak harus berkonsultasi dengan dokter mata.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Makanan yang Tidak Boleh Digabung dengan Obat


Jakarta, Makanan memang menjadi sumber energi yang penting bagi tubuh. Tapi beberapa makanan diketahui bisa menimbulkan interaksi dengan obat tertentu. Ketahui makanan apa saja yang tidak boleh digabung dengan obat.

"Kuncinya adalah tidak mengubah secara drastis pola makan saat minum obat tertentu, tapi tanyakan pada dokter mengenai potensi interaksi yang mungkin terjadi," ujar Dr jane Alder, dosen farmakologi dari University of Central Lancashire, seperti dikutip dari Dailymail, Selasa (17/5/2011).

Dr Alder akan menjelaskan beberapa makanan yang sebaiknya tidak dikombinasikan dengan obat tertentu karena bisa membuat obat jadi tidak berguna atau justru berbahaya yaitu:

Jus buah
Grapefruit mengandung senyawa yang disebut dengan furanokumarin yang bisa mencegah enzim dalam usus untuk menjaga benda asing tetap berada di luar, sehingga tidak bekerja secara optimal. Kondisi ini akan membuat lebih banyak obat yang diserap sehingga efektivitasnya bisa 2-3 kali lipat dari dosis yang dianjurkan.

Sebaiknya tidak mencampur jus grapefruit dengan obat untuk mengobati irama jantung abnormal, antidepresan, antihistamin (obat alergi), statin dan obat anti kejang. Sedangkan jus cranberry dan jus delima bisa memperlambat kecepatan hati untuk memecah pengencer darah obat dan pada obat antidepresan bisa menyebabkan penurunan efektifitas obat.

Makanan produk susu
Kalsium dalam susu bisa mengikat tetrasiklik dan minosiklik dari antibiotik. Jika kandungan antibiotik ini digabung dengan mineral akan membuatnya tidak larut dalam usus sehingga tidak diserap oleh tubuh. Mengonsumsi susu setengah liter bisa mengurangi efektivitas antibiotik hingga 80 persen. Kalsium juga bisa mengganggu penyerapan obat osteoporosis. Hindari minum susu dalam waktu 2 jam sebelum minum obat.

Makanan fermentasi
Makanan hasil fermentasi seperti keju yang mengandung tyramine dalam konsentrasi tinggi bisa menyebabkan 'sindrom keju'. Tyramine akan bereaksi dengan obat antidepresan yang disebut monoamine oxidase inhibitor (MAOIs) dengan mencegah enzim yang berfungsi mencerna senyawa. Kondisi ini akan mengakibatkan tekanan darah tinggi yang berbahaya.

Daging panggang
Penderita asma harus menghindari daging panggang karena kandungan karbonnya bisa membentuk senyawa yang mencegah obat asma dengan teofilinn bekerja secara optimal. Selain itu karbon ini juga bisa memicu serangan asma meskipun sudah mengonsumsi obat.

Sayuran hijau
sebagian besar sayuran hijau termasuk bayam, kol dan teh hijau mengandung kadar vitamin K yang tinggi dan bisa memicu pembekuan darah. Jika dikonsumsi dengan obat pengencer darah akan membuatnya menjadi tidak berguna.

Makanan berserat
Makanan yang tinggi serat bisa memperlambat penyebaran banyak obat termasuk digoxin yang digunakan untuk mengatur detak jantung tidak teratur, obat diabetes metformin dan mencegah penyerapan obat penurun kolesterol statin. Tapi bukan berarti makanan berserat harus dihilangkan dari menu makanan, tapi hindari mengonsumsinya dalam waktu 2 jam sebelum minum obat.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

5.16.2011

Kenapa Tidak Boleh Minum Obat dengan Susu?


Jakarta, 'Jangan minum obat dengan susu' kata-kata itu seringkali didengar atau diucapkan oleh masyarakat ketika ingin mengonsumsi obat oral. Kenapa susu tidak boleh dicampur dengan obat?

Obat atau antibiotik yang dikonsumsi secara oral bisa menjadi efektif bagi seseorang jika dikonsumsi dan diserap dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.

Seperti dikutip dari Everydayhealth.com, Sabtu (1/1/2011) beberapa obat seperti keluarga antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut di dalam tubuh.

Selain itu ada obat yang baik dikonsumsi setelah makan ataupun sesudah makan, hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi tersebut bisa mempengaruhi penyerapan obat. Karenanya menjadi hal yang sangat penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada botol atau bungkus obat, serta masyarakat sebaiknya selalu menanyakan kriteria obat yang dikonsumsinya pada apoteker.

Lalu bagaimana dengan minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus?

Minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus umumnya mengandung berbagai senyawa seperti kafein yang kemungkinan bisa bereaksi dengan obat yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi penyerapannya.

Untuk itu masyarakat selalu disarankan mengonsumsi obat dengan menggunakan air putih yang diketahui tidak memiliki kandungan apapun, sehingga tidak mempengaruhi penyerapan obat. Selain itu air putih bisa membantu melarutkan obat yang dikonsumsi di dalam lambung sehingga proses penyerapannya menjadi lebih baik dan lebih mudah.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

Ekstasi Bisa Berguna untuk Terapi Autisme




New York City, Ekstasi merupakan salah satu dari obat terlarang yang banyak digunakan di Indonesia, selain kokain, ganja dan heroin. Tapi penelitian baru menemukan bahwa ekstasi bisa berguna untuk dijadikan terapi autisme.

Ekstasi atau dikenal juga sebagai MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphetamine) telah dikenal dapat meningkatkan perasaan bahagia, euforia, rasa keintiman dengan orang lain, serta meredakan depresi dan kegelisahan, meski obat ini juga sangat berbahaya bila disalahgunakan.

"Efek empathogenic ini menunjukkan bahwa MDMA bisa berguna untuk meningkatkan psikoterapi bagi pasien yang mengalami masalah komunikasi, seperti autisme, skizofrenia atau gangguan kepribadian antisosial lain," jelas Gillinder Bedi, asisten profesor psikologi klinis di Columbia University dan peneliti di New York State Psychiatric Institute, New York City, seperti dilansir Medindia, Senin (3/1/2011).

Menurut Bedi, ekstasi dapat mempengaruhi neuron di otak yang menggunakan serotonin neurotransmitter untuk berkomunikasi dengan neuron lainnya.

Serotonin kimia otak yang disebut hormon oksitosin memainkan peranan penting dalam mengatur suasana hati, agresi, tidur dan kepekaan terhadap rasa sakit, juga terkait dengan ikatan sosial dan salah satu hormon yang dapat mengurangi efek dari kortisol (hormon pemicu stres).

"Dalam konteks pengobatan, efek ini bisa meningkatkan keakraban pada orang-orang yang mengalami kesulitan merasa dekat dengan orang lain," kata John Krystal, editor Biological Psychiatry.

Sayangnya, ekstasi sering digunakan kalangan 'club drug' saat menikmati hiburan malam hari. Obat ini sering disalahgunakan dengan cara dikombinasikan dengan alkohol, sehingga memiliki efek yang dapat berpotensi mengancam nyawa.

"Meski demikian diperlukan lebih banyak penelitian mengenai pengontrolan ekstasi untuk menentukan apakah obat ini bisa dengan aman dan efektif menjadi obat psikoterapi untuk beberapa kondisi," ungkap Bedi.

Temuan sebelumnya yang telah dipublikasikan dalam Journal of Psychopharmacology juga menunjukkan bahwa ekstasi dapat berguna bagi orang dengan gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder atau PTSD), misalnya trauma pelecehan seksual.

Dr. Michael Mithoefer yang melakukan studi ekstasi dan PTSD sebelumnya menuturkan sangat penting untuk menyelidiki terapi baru yang potensial. Dan hal ini tidak boleh dicegah hanya karena ada sesuatu yang disalahgunakan.

"Banyak hal yang bisa mengancam jiwa atau berbahaya jika digunakan secara tidak benar. Tapi jika digunakan dengan bijaksana dan benar, maka ada banyak hal yang juga bisa membantu," ungkap Dr Mithoefer.
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

5.12.2011

Perokok Itu Tidak Keren


Jakarta, Siapa bilang orang yang merokok itu keren? Rokok tidaklah sekeren iklan atau saat Anda memegangnya dengan dua buah jari. Bahaya rokok bahkan bisa merusak penampilan dan membuat Anda menjadi tidak keren.

Bahaya rokok yang merusak jantung, paru, otak sudah banyak diketahui orang. Tapi efek merokok juga bikin buruk rupa alias penampilan yang tidak keren.

Berikut beberapa alasan mengapa perokok itu tidak keren, seperti dilansir Health24, Kamis (12/5/2011):

1. Rokok bikin napas bau
Orang yang baru saja merokok baunya bisa ketahuan. Jangankan si perokok, berdiri atau berada di dekat orang yang merokok pun bisa membuat badan bau asap. Dan perokok umumnya memiliki bau napas yang tidak enak.

Bau yang susah hilang ini karena asap rokok terbuat dari rantai molekul yang panjang, sehingga butuh waktu yang lama atau sulit untuk dihilangkan terutama pada kain. Selain itu asap rokok yang dihasilkan umumnya mengandung banyak zat atau residu.

2. Rokok bikin cepat botak
Rokok tak hanya menyebabkan penyakit serius seperti jantung, paru-paru atau kanker, tetapi juga membuat rambut rontok yang berpotensi mempercepat kebotakan. Merokok telah ditemukan dapat meningkatkan kadar hormon yang bertanggung jawab untuk kerontokan rambut pada pria.

3. Rokok bikin gigi kuning
Nikotin dalam rokok bisa menodai gigi dan membuat warnanya terlihat tidak bersih. Bisa saja si perokok mempunyai gigi putih dengan pergi ke dokter gigi tapi tentu saja harus mengeluarkan biaya rutin yang tidak murah.

4. Rokok bikin cepat keriput
Merokok bisa mempercepat proses penuaan. Perokok terlihat 1,4 tahun lebih tua daripada yang bukan perokok.

5. Rokok bikin gigi gampang copot
Merokok membuat masalah besar terhadap gigi termasuk risiko kanker mulut dan penyakit gusi. Studi di Inggris tahun 2005 yang dimuat dalam Journal of Clinical Periodonti menyebutkan, perokok enam kali lebih besar mengalami penyakit gusi yang dapat menyebabkan hilangnya gigi.

6. Perokok dapat tempat duduk yang buruk di beberapa tempat
Ruangan merokok biasanya kecil, bau, mengerikan dan sering terselip di belakang meja dan di dekat toilet.

7. Rokok bikin impotensi
Merokok mengurangi aliran pembuluh darah perifer dan aliran darah yang diperlukan untuk mencapai ereksi, sehingga alirah darah bisa menjadi tersumbat dan membuat perokok mengalami impotensi atau disfungsi ereksi. Hal ini tampaknya menjadi harga yang sangat tinggi untuk membayar harga sebungkus rokok.
sumber www.ddetik.com
»»  READMORE...

Ludah Kelelawar Penghisap Darah Bisa Mengatasi Stroke


Ohio, Kelelawar vampire terkenal sebagai penghisap darah dari satwa liar, ternak atau darah manusia. Studi baru menemukan bahwa air liur (ludah) dari kelelawar vampire bisa membantu mengencerkan darah dan menolong pasien stroke.

Penelitian menemukan air liur kelelawar vampire mengandung enzim DSPA (desmoteplase). Enzim inilah yang berfungsi mengencerkan darah korban sehingga membantu mengalirkan darah lebih leluasa.

DSPA ini juga bisa digunakan untuk memecah gumpalan darah di otak yang bisa menyebabkan seseorang mengalami stroke. Sebagian besar stroke yang terjadi di masyarakat disebabkan oleh pembekuan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak atau stroke istemik.

Kondisi ini akan menghalangi aliran darah dan oksigen sehingga bisa mengakibatkan kematian jaringan. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan efek yang abadi seperti kelumpuhan, gangguan bicara dan penurunan kemampuan kognitif.

Pada proses penanganan stroke, waktu memainkan peran yang penting untuk mengurangi risiko kerusakan otak yang mungkin terjadi. Makin cepat ditangani makin besar peluang untuk sembuhnya. Disinilah peran dari DSPA yang terkandung dalam air liur kelelawar tersebut.

Dalam jurnal Stroke: Journal of the American Heart Association peneliti menemukan bahwa DSPA mungkin tidak hanya bisa bekerja dengan baik, tapi juga membantu pasien menunggu waktu lebih lama untuk mencari pengobatan.

Dalam studi ini Robert L Medcalf dari Monash University di Australia menyuntikkan DSPA ke otak tikus. Diketahui DSPA ini menyerang fibrin tapi tidak menyebabkan kerusakan otak. Para ilmuwan menunjukkan bahwa DSPA bisa diberikan hingga 9 jam setelah seseorang terkena stroke tanpa efek samping.

DSPA pertama kali ditemukan tahun 2003 dan studi pada manusia pertama yang kompleks dilakukan tahun 2006 oleh peneliti dari Ohio State University Medical Center. Didapatkan bahwa obat tersebut aman dan ditoleransi dengan baik oleh pasien. Saat ini studi ditujukan untuk menentukan apakah obat ini memiliki manfaat klinis untuk pasien stroke.

"Kami ingin menawarkan pilihan lain untuk pasien ketika mereka terkena stroke. Karena semakin lama mereka mencari bantuan, maka pilihan yang tersedia semakin sedikit karena kerusakan sudah terjadi di otak," ujar Dr Michel Torbey dari Ohio State, seperti dikutip dari Healthland.TIME, Rabu (11/5/2011).
sumber www.detik.com
»»  READMORE...

5.09.2011

Proses dan strategi koping keluarga

A.    Latar belakang
Teori stress keluarga dari Hill (1949) dan Mc Cubbindan petterson (1983) dalam Sussman and Steinmetz (1988) mengemukakan bahwa stressor keluarga yang dapat menjadi suatu krisis, berhubungan dengan adanya sumber koping keluarga dan persepsi pada stresor  tersebut. Sedangkan sumber koping dan persepsi pada stressor dapat menjadi aspek yang penting dalam mengembangkan strategi koping keluarga untuk mengatasi krisis/masalah. Bila keluarga memiliki sedikit sumber kopingnya baik secara individu maupun kolektif, maka proses koping tidak akan pernah dimulai dan krisis dapat terjadi ketika terjadi stress.
Boss dalam Sussman and Steinmetz (1988) mengatakan bahwa sumber koping keluarga merupakan kekuatan individual dan kekuatan bersama pada saat menghadapi kejadian/stressor sebagai penyebab stress. Sujmber koping tersebuat antara lain jaminan oekonomi, kesehatan, pengetahuan sikap (intelegensia), kedekatan, semangat bekerjasama, hubungan degan yang lain serta dukungan social.
Teori tekanan keluarga menjadi dasar dalam menanggulangi masalah melalui strategi koping yang efektif. Hal ini mencakup penanggulangan sebagai proses aktif untuk mengatur situasi penuh tekanan/stressor yang meliputi pemanfaatan keberadaan sumber daya keluarga dan pengembangan prilaku baru sehingga akan memperkuat unit keluarga dalam mengurangi dampak peristiwa yang penuh tekanan.
B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Tujuan umum untuk mengetahui tentang proses dan strategi koping keluarga
2.      Tujuan ksusus
a.       Untuk mengetahui tentang konsep dasar stress dan koping
b.      Untuk mengetahui tentang fase waktu stress dan strategi koping
c.       Untuk mengetahui tentang teori stress keluarga
d.      Untuk mengetahui tentang factor-faktor yang mempengaruhi koping keluarga
e.       Untuk mengetahui tentang stressor dan dampaknya
f.       Untuk mengetahui tentang strategi koping keluarga 
g.      Untuk mengetahui tentang strategi koping disfungsional keluarga
h.      Untuk mengetahui tentang area pengkajian keluarga
i.        Untuk mengetahui tentang diagnosis keperawatan keluarga yang bisa ditegakkan
j.        Untuk mengetahui intervensi keperawatan yang bisa diberikan kepada keluarga























DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakan
B.     Tujuan
BAB II            : TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep Dasar Stress Dan Koping Keluarga
B.     Fase Waktu Stress Dan Strategi Koping
C.     Teori Stress Keluarga
D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koping Keluarga
E.     Stressor Dan Dampaknya
F.      Strategi Koping Keluarga
G.    Strategi Koping Disfungsional
H.    Area Pengkajian Keluarga
I.       Diagnosis Keperawatan Keluarga
J.       Intervensi Keperawatan Keluarga
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA









BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    KONSEP DASAR STRES DAN KOPING
Stres adalah keadaan atau respon ketegangan yang disebabkan oleh stressor atau oleh tuntutan aktual yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (Antonovsky, 1979; Burr, 1973). Sters adalah ketegangan dalam diri seseorang atau system sosial (keluarga) dan merupakan reaksi terhadap situasi yang menimbulkan tekanan (Burgess, 1978). Agen pemerkasa atau presipitasi yang mengaktifkan proses sters disebut stressor (Burr et al, 1993; Chrisman & Fowler, 1980). Agen presipitasi yang mengaktifkan stress dalam keluarga adalah peristiwa hidup atau kejadian yang cukup kuat untuk menyebabkan perubahan dalam system keluarga (Hill, 1949). Stressor keluarga dapat berupa peristiwa atau pengalaman pinterpersonal (didalam atau diluar keluarga), lingkungan, ekonomi atau social budaya.
Akumulasi dan stressor dalam kehidupan keluarga memberikan perkiraan jumlah stress yang dialami keluarga (Alson et al, 1983). Konsep akumulasi stressor didefinisikan sebagai jumlah poeristiwa perkembangan (yang diharapkan) atau situasional (yang tidak diharapkan) serta ketegangan interkeluarga (tekanan dalam hubungan diantara anggota keluarga).
Persepsi anggota keluarga adalah interpretasi anggota keluarga secara tunggal atau secara kolektif atau menyusun pengalaman mereka. Persepsi mewarnai sifat dan signifikasi stressor keluarga yang mungkin, karena keluarga bereaksi tidak hanya terhadap stressor aktual, tetapi juga terhadap pereistiwa saat keluarga merasakan atau menginterpretasikannya. Persepsi keluarga merupakan hal yang terpenting. Peristiwa yang dipandang secara subjektif atau objektif oleh keluarga yang sehat sebagai tantangan, dipandang oleh keluarga yang terpajan krisis sebagai ancaman dan membebani. Dalam kasus ini stress yang besar dialami, yang pada gilirannya membebani kapasitas adaptif keluraga.
Koping terdiri atas pemecahan upaya pemecahan masalah yang sangat relevan dengan kesejahteraan, tetapi membebani sumber seseorang. Koping didefinisikan sebagai respon (kognitifperilaku atau persepsi) terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi untuk mencegah, menghindari, mengandalkan distress emosional. Koping adalah sebuah istilah yang terbatas pada perilaku atau kognisi aktual yang ditampilkan seseorang, bukan pada sumber yang mungkin mereka gunakan. Koping keluarga menunjukkan tingkat analisa kelompok keluarga (atau sebuah tingkat analisis interaksional). Koping keluarga didefinisikan sebagai proses aktif saat keluarga memamfaatkan sumber yang ada dan mengembangkan perilaku serta sumber baru yang akan memperkuat unit keluarga dan mengurangi dampak peristiwa hidup penuh stress (McCubbin,1979). Krisis keluarga adalah kondisi kekacauan, tidak teratur, atau ketidakmampuan dalam system keluarga yang berlangsung terus menerus. Krisi terjadi ketika sumber dan strategi adaptif keluarga tidak efektif dalam mengatasi stressor.
  Adaptasi keluarga adalah suatu proses saat keluarga terlibat dalam respon langsung terhadap tuntutan stressor yang ekstensif, dan menyadari bahwa perubahan sistemik dibutuhkan dalam unit keluarga, untuk memperbaiki stabilitas fungsional dan memperbaiki kepuasaan dan kesejahteraan keluarga (McCubbin, 1993). Proses adaptasi dalam sistem keluarga disebut resilience keluarga. Pendekatan resilience keluarga guna bekerja dengan keluarga dibentuk atas kompetensi dan kekuatan anggota keluarga yang memungkinkan penyediaan layanan kesehatan bergeser dari model potogenik ke model berbasis kekuatan yaitu kita melihat keluarga “ditantang”, bukan “hancur”, karena kemalangan.

B.     FASE WAKTU STRES DAN STRATEGI KOPING
1.      Periode Antrestres
Periode stress sebelim benar-benar melawan stressor, antisipasi kadang mungkin terjadi, terdapat kesadaran terhadap bahaya yang mengancan atau ancaman situasi yang dirasakan. Jika keluarga atau orang yang membantu dapat mengidentifikasi stressor yang akan dating, bimbingan antispasi serta strategi koping pencegahan dapat dicari atau diberikan untuk memperlemah atau mengurangi dampak stressor.
2.      Periode Stres Aktual
Strategi koping selama periode stress biasanya berbeda intensitas dan jenisnya dari strategi yang digunakan sebelum awitan stressor dan stress. Mungkin terdapat stratergi defensive dan bertahan yang sangat dasar digunakan selama periode ini jika stress dalam keluarga sangat berat. Dengan energi yang luar biasa besar yang dikeluarkan dalam menangani stressor dan stre, banyak fungsi keluarga (beberapa dapat penting bagi kesehatan keluarga) sering kali diabaikan atau dilakukan secara tidak adekuat sampai keluarga memiliki sumber untuk mengatasi stressor dan stress. Respon  koping yang paling membantu selama periode stress sering kali interkeluarga dan mencari sumber dukungan spiritual.
3.      Periode Pascastres
Strategi koping yang diterpkan setelah periode stress akut, disebut fase pascatruama yang terdiri dari satrategi untuk mengembalikan keluarga ke keadaan homeostasis yang seimbang. Untuk meningkatkan kesejatreaan kel;uarga selam fase ini, keluarga perlu saling bekerja sama, saling mengungkapkan perasaan dan memecahkan masalah atau mencari atau memamfaatkan dukungan keluarga untuk memperbaiki situasi penuh stress. Empat kemungkinan hasil akhir pascatrauma antar lain;
a.       Keluarga berfungsi pad tingkat yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
b.      Keluarga berfungsi pada tingkat yang lebih rendah dari pada sebelumnya
c.       Keluarga berfungsi pada tingkat yang sama dengan prastres
d.      Perpecahan keluarga (seperti: perpisahan, perceraian dan pengabaian).
Ketika keluarga mengakhiri fungsinya pada tingkat kesejahteraan rendah atau dalam keadaan perpecahan keluarag, anggota keluarga sering kali membutuhkan bantuan professional untuk membantu keluarga meningkatkan rangkaian strategi koping yang efektif (Reiss, Streinglass & Howe, 1993).

C.    TEORI STRES KELUARGA
1.      Teori stress keluarga Hill
Teori stress keluarga Hill (1999) klasik merupakan model yang paling singkat dan fasih dalam menguraikan factor-faktor yang menyebabkan krisis dalam keluarga. Berdasarkan perpisahan dan penyatuan, ia menyusun teori stress keluarga yang disebut  ABCX yaitu mengidentifikasi kumpulan variabel besar (factor A, B, C,D dan X) dan hubungan yang menyebabkan krisis/bukan krisi keluarga. Secara teoritis diuraikan proses penyesuaian “roller coaster” pasca krisi yang dilewati keluarga.  Dua bagian kerangka teoritis masih tetap jelas tidak berubah selam 50 tahun terakhir. Kerangka ABCX ini memilki dua bagian, antara lain:
a.       Pernyataan yang berhubunagan dengan penentu krisis keluarga: A (peristiwa dan kesuliatan yang terkait) yang berinteraksi dengan B ( sumber berhadapan dengan krisis keluarga) yang berinteraksi dengan C ( definisi yang dibuat keluarga mengenia peristiwa tersebut) menghasilkan X (krisis) (Hill,1965).
b.      Pernyataan yang lebih berorientasi proses terkait dengan jalannya penyesuaian secara krisis. Hill (1965) menjelaskan bahwa perjalanan penyesuaian keluarga setelah sebuah krisis meliputi periode disorganisasi, sudut pemulihan, reorganisasi dan tingkat baru fungsi keluarga.
2.      Model Relisience Stress, Penyesuaian dan Adaptasi Keluarga
Model relisience stress, penyesuaian dan adap-tasi keluarga adalah kerangka teoritis yang juga menekan penyesuaian dan adap[tasi keluarga saat keluarga mengalami situasi hidup penuh stress. Model relisienca disusun berdasarkan karya awal Hill mengenai model stress ABCX saerta model selanjutnya. Penekanan utama model ini adalah pada resilience keluarga atau kemampuan mereka untuk pulih dari peristiwa yang menyedihkan. Model ini adalah model berbasis kekuatan dan kemampuan yang mempengaruhi proses resilience.
Model resilience didasarkan empat asumsi yang mendasarkan mengenai kehidupan keluarga, antara lain:
a.       Keluarga menghadapi kesulitan dan perubahan keluarga sebagai aspek kehidupan keluarga yang dialami dan dapat diprediksi sepanjang siklus kehidupan
b.      Keluarga mengembangkan kekuatan yang dirancang untuk meningkatkan tumbuh kembang anggota dan unit keluarga serts melindungi keluarga dari gangguan utama dalam mengahadapi transisi dan perubahan keluarga
c.       Keluarga mengembangkan kekuatan dan kemampuan dasar serta unit yang dirancang untuk melindungi keluarga dari stresorb dan ketegangan yang tidak diharapkan atau normative dan meningkatkan adaptasi keluarga setelah suatu krisis keluarga atau transisi dan perubahan besar
d.      Keluarga mendapatkan mamfaat dan berperan pada jaringan hubungan dan sumber dalam komunitas, terutama selama periode stress dan krisis keluarga (McCubbin,1991).
D.    STRESOR DAN DAMPAKNYA
Selama 50 tahun lebih  para peneliti telah menyadari bahwa besarnya perbedaan kuantitas dan kualitas stressor yang dimiliki individu. Pada tahun 1949 awal, para peneliti secara sistematis meneliti kualitas dan kuantitas perubahan hidup sreta dampaknya pada kesehatan individu (Holmes dan Rahe, 1967). Dari studi ini, bobot diberlakukan terhadap berbagai peristiwa hidup (baik perubahan hidup yang positif maupun negatif) yang menyebabkan kesehatan yang buruk. Dari studu awal ini, pera peneliti mengembangkan alat berbasis keluarga yang mengkaji perubahan hidup dalam keluarga. Alat pengkajian yang sering digunakan adalah family inventory of live events and changes (FILE) (McCubbin, Patterson, & Wilson, 1983). FILE adalah instrument yang dapat digunakan untuk mengkaji atau akumulasi stressor keluarga.
Pada masing-masing 71 peristiwa hidup dalam FILE diberi bobot berdasarkan bagimana stress tersebut. Tujuh peristiwa hidup yang paling menimbulkan stress dalam skala hidup FILE total adalah:
1.      Kematian seorang anak
2.      Kematian salah satu orang tua atau pasangan
3.      Pasangan atau orang berpisah atau bercerai
4.      Adanya penganiayaan fisik atau seksual atau kekerasan dalam keluarga
5.      Anggota keluarga mengalami cact fisik atau penyakit kronik
6.      Pasangan atau orang tua berselingkuh
7.      Anggota dipenjara atau penahanan sementara pada anak-anak.
Keluarga yang memiliki akumulasi peristiwa hidup yang lebih tinggi telah ditemukan memiliki fungsi keluarga yang rendah dan kesehatan anggota keluarga yang buruk.

E.     STRATEGI KOPING KELURGA
1.      Strategi Koping keluarga internal
Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi hubungan, kognitif dan komunikasi.
a.       Strategi hubungan
1)      Mengandalkan kelompok keluarga
Kleuarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi lebih bergantung pada sumber mereka sendiri. Bersatu adalah satu dari proses penting dalam badai kehidupan keluarga. Keluarga berhasil melalui masalah dengan menciptakan struktur dan organisasi yang lebih besar dirumah dan keluarga. Ketika keluarga menetapkan struktur yang lebih besar, hal ini merupakan upaya  untuk memiliki pengendalian yang lebih besar  terhadap keluarga mereka. Upaya ini biasanya melibatkan penjadwalan waktu anggota yang lebih ketat, lebih banyak tugas per anggota keluarga, organisasi ikatan yang lebih ketat, dan rutinitas ynag lebih kuku dan terprogram. Bersamaan dengan lebih ketatnya batasan keluarga, menimbulkan kebutuhan pengaturan  dan pengendalian anggota keluarga yang lebih besar, disertai harapan bahwa anggota lebih disiplin dan menyesuaikan diri. Jika berhasil, keluarga menerapkan pengendalian yang lebih besar dan mencapai integrasi dan kohesivitas yang lebih besar.
2)      Kebersamaan yang lebih besar
Salah satu membuat keluarga semakin erat dan memelihara sreta mengelola tingkat stress  dan moral yang dibutuhkan keluarga adalah dengan berbagi perasaan dan pemikiran serta terlibat dalam pengalaman aktivitas keluarga. Kebersamaan yang lebih besar menghasilkan kohesi keluarga yang lebih tinggi, atribut keluarga yang mendapatkan perhatian yang luas sebagai atribut keluarga inti (Olson, 1993). Hubungan  yang paling penting membutuhkan kohesivitas dan saling berbagi dalam system keluarga.kohesivitas keluarga yang tinggi khususnya membantu saat keluarga pernah trauma, karena anggota sangat memerlukan dukungan. Aktivitas anggota keluarga diwaktu luang merupakan sumber koping yang sangat penting guna memperbaiki kohesi, moral, dan kepuasaan kelurga. Seperti yang banyak dikatakan orang, peribahas “sebuah kelurga yang berperan bersama, tetap barsama” mengandung banyak sekali kebenaran. Strategi koping ini akhirnya bertujuan membangun integrasi, kohesivitas, dan resilienceyang lebih besar dalam keluarga.
3)      Fleksibitas peran
Perubahan yang cepat dan pervasif  dalam masyarakat serta dalam keluarga, khususny pada pasangan, merupakantipe strategi keluarga yang sangat kuat. Olson (199) dan Walsh (1998) telah menekankan bahwa fleksibitas peran adalah satu dari dimensi utama adaptasi keluarga. Keluarga harus mampu beradaptasi terhadap perubahanperkembangan dan lingkungan. Ketika keluarga berhasil mengatasi, keluarga mampu memelihara suatu keseimbangan dinamik antara perubahan dan stabilitas. Fleksibitas peran memungkinkan kesimbangan ini berlanjut.


b.      Strategi kognitif
1)      Normalisasi
Strategi koping keluarga fungsional lainnya adalah kecenderunagan bagi keluarga untuk normalisasi suesuatu sebanyak mungkin saat mereka mengatasi stressor jangka panjang yang cenderung mengganggu kehidupan keluarga dan aktivitas rumah tangga. Normalisasi adalah proses terus menerus yang melibatkan pengakuan pentakit kronik tetapi menegaskan kehidupan keluarga sebagai kehidupan keluarga yang normal, menegaskan efek social memiliki anggota yang memiliki atau menderita penyakit kronik sebagi suatu yang minimal, dan terlibat dalam perilaku yang menunjukkan kepada orang lain bahwa keluarga tersebut adalah normal. Keluara menormalkan dengan memenuhi ritual dan rutinitas. Hal ini membantu keluarga mengatasi stress dan meningkatkan rasa keutuhan sepanjang waktu, sangat penting guna menormalisasi situasi keluarga (Fiase, 2000).
2)      Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan penilaian pasif
Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung melihat aspek positif dari peristiwa hidup penuh stress dan membuat peristiwa penuh stress menjadi tidak terlalu penting dalam hierarki nilai keluarga. Hal ini ditandai dengan naggota keluarga yang memiliki rasa percaya dalam mengatasi kekganjilan denga mempertahankan pandangan optimistic terhadap peritiwa, terus memiliki harapan dan berfokus pada kekuatan dan potensi.
Pembingkaian ulang adalah cara persepsi koping individu dan sering kali dipengaruhi oleh keyakinan keluarga. Keluarga memiliki persepsi bersama, dan proses pembingkaian ulang akan dipengaruhi oleh persepsi ini. Rolland menekankan  bahwa keyakinan individu dan keluarga berfungsi sebagai peta kognitif  yang membimbing tindakan dan keputusan keluarga. Keyakinan dapat sedemikian rupa, selaras dengan pandangan hidup, paradigm dan nilai keluarga.
Cara kedua keluarga mengendalikan makna stressor adalah dengan penilaian pasif, kadang disebut sebagai penerimaan pasif. Pada cara kedua ini, keluarga menggunakan strategi koping kognitif kolektif dalam memandang stressor atau kebutuhan yang menimbulkan stres sebagai sesuatu yang akan selesai dengan sendirinya sepanjang waktu dan tentang hal tersebut tidak ada atau sedikit yang dapat dilakukan. Seperti yang ditekankan Boss (1988), penilaian pasif dapat menjadi strategi penurun stress yang efektif dalam jangka waktu pendek, khususnya dalam kasus saat tidak ada satu pun yang dapat dilakukan. Akan tetapai jika strategi ini digunakan secara konsisten dan sepnjang waktu, penggunaannya menghambat pemecahan masalah yang aktif da perubahan dalam keluarga serta dapat menggangu adaptasi keluarga.
3)      Pemecahan masalah bersama
Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah styrategi konitif dan komunikasi keluarga yang telah diteliti secara ekstensif melalui metode penelitian laboratorium oleh kelompok peneliti keluarga (Klien, 1983; Reis, 1981; Strauss, 1968) dan dalam lingkungan alami ( Chesler & Barbari, 1987). Pemecahan masalah keluarga yang efektif meliputitujuh langkah spesifik :
a)      Mengidentifikasi masalah
b)      Mengkomunikasikan tentang masalah
c)      Menghasilkan solusi yang mungkin
d)     Memutuskan satu dari solusi
e)      Melakukan tindakan
f)       Memantau atau memastikan bahwa tindakan dilakukan
g)      Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah
Dengan memasukkan strategi pemecahan masalah ini dalam kehidupan keluarga, keluarga dipercaya dapat berfungsi secar efektif. Reiss menyebutkan keluarga yang menggunakan proses pemecahan masalah yang efektif sebagi keluarga yang peka terhadapa lingkungan. Tipe keluarga ini seperti melihat sifat masalah sebagi sesuatu “dia luar sana” dan tidak mencoba membuat masalah menjadi internal. 
4)      Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Keluarga yang berbasis kognitif berespon terhadap stress dengan mencari pengetahuan informasi berkenaan dengan stressor dan kemungkinan stressor. Hal ini khususny terbukti dalam kasus masalah kesehatan berat atau yang mengancaam hidup. Dengan mendapatkan informasi yang bermamfaat, dapat meningkatkan perasaan memiliki beberapa pengendalan terhadap situasi dan mengurangi rasa takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui dan juga mengurangi rasa takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui serta membantu keluarega menilai stressor ( maknanya) lebih akurat dan mengambil tindakan yang diperlukan.

c.       Strategi Komunikasi
1)      Terbuka dan jujur
Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan, kejujuran, pesan yang jelas dan perasaan serta afeksi yang lebih besar dibutuhkan pada masa ini. Satir mengamati bahwa komunikasi keluarga yang fungsional adalah langsung, terbuka,jujur dan jelas. Keterbukaan adalah komunikatif dalam berbagai ide dan perasaan. Pemecahan masalah kolaboratif, yang dibahas sebagai strategi koping kognitif, juga merupakan strategi koping kognitif, juga merupakan strategi komunikasi, yang memfasilitasi koping dan adaptasi keluarga.
2)      Menggunakan humor dan tawa
Studi mengenai resilience menekankan bahwa humor tidak terhingga nilainya dalam mengatasi penderitaan (Walsh, 1998). Humor tidak hnya dapat menyokong semangat, humor juga dapat menyokong sistem imun seseorang dalam mendorong penyembuhan. Demikian juga bagi keluarga, rasa humor adalah sebuah aspek yang penting. Humor dapat dapat memperbaiki sikap keluarga terhadap masalah dan perawatan kesehatan serta mengurangi kecemasan dan ketegangan. Humor dan tawa dapat dipandang sebagai alat perawatan diri untuk mengatasi stress karena kemampuan tertawa dapat memberikan seseorang perasaan memiliki kekuatan terhadap situasi. Humor dan tawa dapat menyokang sikap positif dan harapan bukan perasaan tidak berdaya atau depresi dalam situasi penuh stress.




2.      Strategi Koping Keluarga Eksternal
a.       Strategi komunitas
Kategori ini merujuk pada upaya koping keluarga yang terus menerus, jangka panjang, dan umum bukan upaya seseorang menyesuaikan untuk mengurangi stressor khusus siapapun. Pada kasus ini, anggota keluarga ini adalah peserta aktif (sebagai anggota aktif atau posisi pimpinan) dalam klub, organisasi dan kelompok komunitas. Hubungan komunitas yang kreatif dapat dibuat untuk memnuhi kebutuhan anggota keluarga seperti meminta anggota keluarga lansia yang kurang memiliki kontak keluarga memberiakan bantuan disentra perawatan anak yang kekurangan staf (Walsh, 1998).
b.      Memamfaatkan sistem dukungan social
1)      Dukungan social keluarga
Dukungan social keluarga merujuk pada dukungan social yang dirasakan oleh anggota keluarga ada atau dapat diakses (dukungan social dapat atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga dapat menerima bahwa orang pendukung siap memberikan bantuan dan pertolongan jika jika dibutuhkan). Dukungan sosial keluarga dapat dating dari dalam dukungan social keluarga seperti dukungan pasangan atau dukungan subling atau dari luar dukungan social keluarga  yaitu dukungan social berada diluar keluarga nuklir (dalam jaringan social keluarga).
2)      Sumber dukungan keluarga
Menurut Caplan (1974) terdapat tiga sumber dukungan social umum. Sumber ini terdiri atas jaringan informalyang spontan. Dukungan terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan professional dan upaya terorganisasi oleh professional kesehatan. Dari semua ini jaringan informal (diidentifikasi diatas kelompok yang memberikan jumlah bantuan terbanyak selama masa yang dibutuhkan.  Caplan (1976) menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi pendukung meliputi:
a)       dukungan social (keluarga berfungsi sebagi pencari dan penyebar informasi mengenai dunia)
b)       dukungan penilaian (keluarga bertindaksebagai sistem pembimbingumpan balik, membimbing dan merantarai pemecahan masalahdan merupakan sumber sera validator identitas anggota)
c)      Dukungan tambahan (keluarga adalah sunber bantuan praktis dan konkret)
d)     Dukungan emosional (keluarga berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan emosional)
e)      Meningkatkan moral keluarga
c.       Dukungan spiritual
Berbagai studi menunjukkan hubungan yang jelas antara kesejahteraan spiritual dan peningkatan kemampuan individu atau keluarga untuk mengatasi stress dan penyakit. Agama adalah dorongan yang kuat dan pervasif dalam membentuk keluarga (Miller, 2000). Cara koping yang berbasis spiritual bervariasi secara signifikan lintas budaya. Penelitian mengenai koping keluarga dan individu serta resilience secara konsisten menunjukkan bahwa dukungan spiritual adalah penting dalam mendukung kepercayaan keluarga sehingga mereka dapat mengatasi penderitaan.

F.     STRATEGI KOPING DISFUNGSIONAL KELUARGA 
Keluarga menggunakan berbagai strategi koping disfungsional khusus dalam upaya untuk mengatasi masalah mereka. Pada sebagian besar kasus, strategi ini dipilih secara tidak sadar, sering kali sebagai respons yang digunakan keluarga asal mereka dalam upaya  perlu diperhatikan bahwa strategi koping disfungsional keluarga ini digunakan untuk mengurangi stress dan ketegangan keluarga. Strategi koping disfungsional yang sering digunakan adalah:
1.      Penyangkalan masalah keluarga
Penyangkalan adalah mekanisme pertahanan yang digunakan oleh anggota keluarga dan keluarga sebagai satu kesatuan. Pada basis jangka pendek, penyangkalan keluarga sering kali fungsional, karena ini memungkinkan keluarga membeli waktu untuk melindungi dirinya sementara secara bertahap menerima peristiwa yang menimbulkan kepedihan. Tetapi juga berlangsung lama, penyangkalan bersifat disfungsional bagi keluarga.
2.      Pola dominasi atau kepatuhan ekstrem (otoritarinisme)
Otoritariniasme adalah kecenderungan seseorang untuk berhenti mandiri karena ketidakberdayaan dan ketergantungan, serta keinginana untuk bergabung dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya agar mendapatkan kekuasaan atau kekuatan yang dirasakan kurang. Dalam keluarga otoriter, orang mengundurkan diri dari integritas pribadi mereka dan menjadi bagian dari simbiosis yang tidak sehat, patuh kepada dominasi. Anggota keluarga yang patuh sangat bergantung pada individu yang dominan.
3.      Perpecahan dan kecanduan dalam keluarga
Untuk mengurangi ketegangan atau stress dalam keluarga, anggota keluarga boleh jadi secara fisik atau psikososial saling terpisah. Perpisahan ini mencakup kehilangan anggota keluarga karena pengabaian, perpisahan atau perceraian dan gangguan psikososial anggota keluarga lewat keterlibatan anggota dalam kecanduan (misalnya alcohol, obat-obatan dan berjudi). Banyak orang mengenali bahwa kecanduan alcohol dan obat-obatan adalah penyakit, hanya sedikit sekali yang mengenali sebagai “penyakit keluarga” (Al-Anon Family Groups,2000). Saat ini kecanduan anggota keluarga dipahami sebagai masalah sistem keluarga bukan masalah individu. Alcohol dan obat-obatan telah memiliki pola intergenerasi. Penyalahgunaan minuman pada dewas muda telah ditemukan dipengaruhi oleh disfungsi dalam keluarga asal.
4.      Kekerasan dalam keluarga
Menggunakan ancaman, mengkambinghitamkan dan otoriterisme ekstrem dapt menyebabkan kekerasan dalam keluarga. Kekereasan dalam keluarga dapat dikenali sebagai satu dari empat masalah kesehatan masyarakat utama saat ini (Galles,2000; Walsh,1996). Terdapat enam tipe kekerasan dalam kelurga, antara lain:
a.       Penganiayaan pasangan
b.      Penganiayaan dan pengabaian anak
c.       Penganiayaan saudara kandung
d.      Penganiayaan lansia
e.       Penganiayaan orang tua
f.       Penganiayaan homoseksual

G.    FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOPING 
1.      Perbedaan Gender dalam koping
Pria dan wanita menggunakan strategi koping yang berbeda. Wanita lebih menganggap lebih bermamfaat berkumpul bersam orang lain, berbagi kekhawatiran dan kesulitan mereka dengan kerabat atau teman dekat, mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan negatif secara terbuka, dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi lain pria cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk kejadiannya dan mengkonsumsi alcohol lebih banyak.

2.      Variasi Sosial Budaya Dalam Koping Keluarga
Variasi kelas social dalam  koping keluarga juga ada. Misalnya keluarga ynag lebih kaya dan berpendidikan khasnya memilikin kebutuhan yang lebih besar untuk mengatur dan mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga menggunakan lebih banyak strategi koping keluarga dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat merasakan kurang percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya, dan dalam kasusu ini dapatmenggunakan pengendalian makana denganpenelaian pasif.
3.      Dampak Gangguan Kesehatan
Seperti yang telah disebutkan, tipe koping yang digunakan individu yang bergantung pada situasi. Denagn lebuh sedikit tuntutanyang diminta oleh keluarga (misalnya; semua berjalan dengan baik dan anggota keluarga sehat), tipe pola koping tertentu yang bertahan lama dapat secara khas diterapkan, seperti memelihara jalinan aktif dengan komunitas. Akan tetapi dengan semakin banyaknya kemalangan (baik stressor kesehatan maupun tipe stressor lainnya seperti ekonomi, lingkungan dll), cara koping yang umum biasanya tidak cukup, dan semakin luas susunan strategi koping keluarga dihasilkan guna menghadapi tantangan.

H.    AREA PENGKAJIAN KELUARGA
Terdapat skala koping keluarga yang terstruktur dan teruji, yang digunakan untuk penelitian dan praktik klinis serta pertanyaan pengkajian yang disertakan, dan informasi yang dikumpulkan dari anggota keluarga melalui wawancara, serta laporan atau data dari sumber lain. Pertanyaan yang menyertai relevan untuk dipertimbangkan saat menilai stressor, kekuatan, persepsi, strategi koping dan adaptas.
1.      Stressor, Kekuatan, dan Persepsi Keluarga
a.       Stersor (baik jangka panjang maupun poendek) apa yang dialami oleh keluarga? Lihat family inventory of life scale untuk contoh stressor yang signifikan. Pertimbangkan stressor lingkungan dan sosioekonomi. Bagaiman kekuatan dan durasi dari stressor ini?
b.      Kekuatan apa ynag menyebabakan stressor? Apakah keluarga mampu mengatasi stress biasa dan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari keluarga? Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk mengatasi stressor?
c.       Apa definisi keluarga mengenai situasi tersebut? Apakah dilihat sebagai tantangan secara realistic dan penuh harapan? Apakah keluarga mampu bertindak bardasarka penilaian realistic dan objektif mengenai situasi dan peristiwa penuh stress? Apakah stressor utama dilihat sangat membebani, mustahil untuk diatasi, atau sedemikian rupa mengganggu?
2.      Strategi Koping Keluarga
a.       Bagaiman keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialaminya? Strategi koping apa yang digunakan? Strategi koping apa yang diterapkan keluarga dan untuk mengatasi tipe masalah apa? Apakah anggota keluarga berada dalam cara koping mereka saat ini? Jika demikian, bagaimana keluarga mengatasi perbedaab itu?
b.      Sejauh man keluarga menggunakan strategi koping internal:
1)      Mengandalkan kelompok keluarga
2)      Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas
3)      Fleksibilitas peran
4)      Normalisasi
5)      Mengendalikan makn masalah denagn pembimbing ulang dan penilaian pasif
6)      Pemecahan masalah bersam
7)      Mendapatkan informasi dan pengetahuan
8)      Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga
9)      Menggunakan humor dan tawa
c.       Sejauh man keluarga menggunakan keluarga menggunakan strategi koping eksternal dan sistem dukungan informal berikut:
1)      Memelihara jalinan aktif dengan komunitas
2)      Menggunakan dukungan spiritual
3)      Menggunakan sistem dukungan social
4)      Apakah keluarga memiliki ikatan yang bermakna dengan teman,  kerabat, tetangga, kelompok social dan organisasi komunitas yang memberikan dukungan dan bantuan jika dibutuhkan?
5)      Jika demikian, siapa mereka dan bagaimana sifat hubungan mereka? Apakah keluarga memiliki sedikit atau tidak memiliki teman, tetangga, kerabat, kelompok social atau organisasi komunikasi? Jika demikian, mengapa? Apakah keluarga mempunyai ketidakpuasan atau kemarahan terhadap sumber dukungan social yang ada?
6)      Apa layanan dan petugas kesehatan yang membantu keluarga?
7)      Apa fungsi dan kekuatan dari hubungan ini?
d.      Strategi koping disfungsional apa yang telah digunakan keluarga atau apa yang sedang digunakan? Apakah ada tanda-tanda disfungsionalitas berikut? Jika demikian, catat keberadaannya dan seberapa ekstensif digunakannya?
1)      Mengambinghitamkan
2)      Penggunaan ancaman
3)      Orang ketiga
4)      Psedumutualitas
5)      Otoriterianisme
6)      Perpecahan keluarga
7)      Penyalahgunaan alcohol dan atau obat-obatan
8)      Kekerasan dalam keluarga
9)      Pengabaian anak
3.      Adaptasi
a.       Bagimana pengelolaan dan fungsi keluarga? Apakah stressor atau masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa dampak dari stressor pada fungsi keluarga?
b.      Apakah keluarga berada dalam krisis? Apakah masalah yang ada bagian ketidakmampuan kronikmenyelesaikan masalah?

4.      Mengidentifikasi Stresor, Koping dan Adaptasi
Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan sangat bermamfaat untuk mengidentifikasi atau memantau bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor, persepsi, koping dan adaptasi. Apakah keluarga mulia pulih, menghasilkan proses koping yang berguna, atau apakah tetap pada tingkat adptasi yang sama atau menunjukkan tanda-tanda penurunan daptasi?

I.       DIAGNOSIS KEPERAWATN KELUARGA
Menurut klasifikasi NANDA (NANDA, 2000), terdapat 12 diagnosis keperawatan yang berhubungan erat dengan masalah stress, koping, dan adaptasi keluarga antara lain:
1.      Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapi keluarga
2.      Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga
3.      Gangguan koping keluarga
4.      Ketidakmampuan koping keluarga
5.      Resiko kekerasan terhadap orang lain
6.      Gangguan proses keluarga
7.      Proses keluarga yang tidak fungsional: alkoholisme
8.      Berduka disfungsional
9.      Gangguan pemeliharaan rumah
10.  Distress spiritual
11.  Resiko distress spiritual
12.  Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual

J.      INETRVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
Intervensi keluarga didasarkan pada data pengkajian keluarga yang terkait dengan stressor keluarga, persepsi stressor, koping, dan adaptasi. Seperti yang dibahas dalam pengkajian serta diagnosis keperawatan keluarga yang teridentifikasi.

1.      Membantu Keluarga Menurunkan Factor Resiko
Perawat keluarga dapat, dengan menggunakan persfektif pencegahan, memberikan konsling pada keluarga mengenai perlunya menurunkan pejanan terhadap atau kelebihan tekanan. Selain itu penting untuk memberikan penyuluhan antisipasi. Berkenaan dengan ini, perawat keluarga dapat membantu keluarga dengan menolong mereka mengidentifikasi dan siap terhadap situasi yang mengancam. Satu cara membantu keluarga mengantasipasi apa yang mungkin terjadi adalah dengan member ikan mereka informasi mengenai peristiwa yang mungkin terjadi (Wlsh, 1998)
2.      Membantu Keluarga Beresiko Untuk Mengatasi
a.       Dorong semua anggota keluarga terlibat
Merupakan cara untuk melibatkan anggota keluarga mencakup:
1)      Mendorong perawatan oleh anggota keluarga selama hospitalisasi
2)      Menyertakan anggota keluarga, bersama dengan pasien terlibat dalam keputusan perawatan jesehatan
3)      Mendorong anggota keluarga yang lansia memelihara hubungan keluarga yang dekat
4)      Member penyuluhan kepada pemberi asuhan
5)      Mendorong istirahat untuk pemberi perawatan primer dengan meminta anggota keluarga lain yang bertugas
6)      Mendorong anggota keluarga saling berbagi cerita kehidupan mereka
b.      Mobilisasi keluarga
Dengan membatu keluarga mengenali, mengidentifikasi, dan memamfaatkan kekuatan dan sumber keluarga guna secar positif mempengaruhi kesehatan keluarga yang sakit (Johson, 2001)
c.       Beri pujian pada upaya dan pencapaian keluarga
d.      Berdasrkan pengakuan dan poenghormatan terhadap nilai, kepentingan, dan tujuan keluarga serta dukungan keluarga
Johson et.al 2001, mencantukan banyak cara umum yang dapat dilakukan oleh perawat berorientasi keluarga. Beberapa anjuran mereka yang paling relevan adalah:
1)      Meningkatkan harapan yang realistic
2)      Mendengarkan anggota keluarga yang berhububngan dengan persepsi, perasaan, kekhawatiran dan kepentingan mereka
3)      Memfasilitasi komunikasi antara anggota keluarga
4)      Mengorientasi anggota keluarga pada linhkungan dan sistem perawatan kesehatan
5)      Memberikan informasi yang dibutuhkan
6)      Memberikan advokasi bagi keluarga
7)      Memperkenalkan anggota keluarga ke keluarga lain yang mengalami masalah yang serupa
8)      Merujuk keluarga ke kelompok perawatan dari pendukung
9)      Berikan keluarga sumber atau referensi literature dan internet
e.       Ajarkan keluarga mengenai car, koping yang efektif
Program ini tidak sekedar mengenali kebutuhan keluarga mendapatkan pengetahuan kesehatan yang dibutuhkan untuk perawatan, tetapi aspek psikososial perawatan dan kekhawatiran keluarga (Campbell,2000).
f.       Dorong keluarga menormalisasi kehidupan keluarga dan distress keluarga sebanyak mungkin
g.      Bantu keluarga membingkai ulang dan member label ulang situasi masalah
h.      Bantu keluarga mendapatkan dukungan spiritual yang mereka butuhkan
i.        Rujuk keluarga yang mengalami krisis
j.        Bantu keluarga meningkatkan dan memamfaatkan sistem dukungan social mereka.
3.      Pemamfaatan Kelompok Swa-Bantu
Perawat sangatlah menyadari mamfaat kelompok swa-bantu bagi anggota keluarga yang membutuhkan dukungan guna mengatasi atau mengkoping pengalaman hidup penuh stress. Intervensi khusus dapat sangat memfasilitasi keluarga:
a.       Mencari informasi tentang kelompok yang memberikan bantuan bagi individu dan keluarga
b.      Kolaborasi dengan kelompok tersebut
c.       Memahami bagaimana kelompok ini meningkatkan dan melengkapi layanan professional
d.      Merujuk anggota keluarga dan keluarga ke kelompok yang tepat
e.       Menciptakan kelompok baru untuk melakukan saat terjadi kekurangan kelompok swa-bantu
f.       Memberikan konsling anggota keluarga
4.      Terapi Keluarga Jaringan Sosial
Terapi jaringan social berlangsung di lingkungan rumah dengan keluarga dan jaringan social luasnya, yang dipasangkan untuk menciptakan matriks social yang mengasuh dan sehat.
5.      Prinsip-Prinsip Intervensi Krisis Keluarga
a.       Mengidentifikasi peristiwa yang mencetuskan dan peristiwa hidup yang membahayakan
b.      Mengkaji interpretasi keluarga terhadap peristiwa
c.       Mengkaji sumber keluarga dan metode koping terhadap stressor
d.      Mengkaji status fungsi keluarga
6.      Pemberdayaan Keluarga
Figley (1989), menyiratkan bahwa pemberdayaan keluarga adalah sebanyak sikap filosofis terhadap bekerja dengan keluarga trauma saat keluarga terlibat dalam aktivitas khusus tertentu. Ketika ia memandang dan menerapi keluarga yang bermasalah, pendekatannya diperlembut oleh penghormatan tulusnya terhadap kemampuannya bertindak secara alami dan kekuatan keluarga.
7.      Melindungi Anggota Keluarga Yang Berisiko Mengalami Kekerasan
Tujuan ini dapat dicapai dengan:          
a.       Mengenali dan melaporkan penganiayaan anak
b.      Mendukung dan merujuk pasangan, lansia, saudara kandung, orang tua, homoseksual yang dianiaya, pelaku penganiayaan dan unit keluarga
c.       Mengkoordinasi perawatan bagi keluarga dan anggota keluarga, bekerja secara kolaborasi dengan petugas kesehatan lain dan pekerja kesejahteraan
8.      Merujuk Anggota Keluarga Yang Menunjukkan Masalah Koping Dan Disfungsi Yang Lebih Kompleks
Ketika stress dan masalah koping keluarga di luar layanan yang dapat diberikan perawat keluarga, perujukan dan tindak lanjut konsling atau terapi keluarga yang berkelanjutan sering kali diindikasikan. Perujuk kekonselor yang menggunakan pendekatan sistem keluarga seringkala sangat membantu.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Banyak perubahan evolusioner dan revolusioner berlansung dimasyarakat kita dan berhubungan dengan keluarga sepanjang waktu. Bagaimana keluarga mengatasi perubahan penuh stress yang berbeda, walaupun dipercayai bahwa umumnya keluarga amerika dapat bertindak secara efektif dan fleksibel dalam adaptasi mereka terhadap perubahan. Walaupun begitu rentang respon yang luas terjadi saat kemalangan yang berat. Beberarapa keluarga beradaptasi sangat baik terhadap stressor dan ketegangan dan mengubah pola fungsi, menggunakan sumber dan strategi koping yang membantu mengelola stress tersebut.
Keluarga lain mengguanakan strategi kopinh yang membahayakan atau disfungsional yang hanya dapat mengurangi stress sementara. Hasil akhir bagi keluarga ini dapat termasuk kekerasan dalam keluarga, perpecahan keluarga dan kecanduan.
Keluarga dan anggota keluarga menggunakan susunan strategi koping keluarga yang luas guna mengatasi situasi penuh stress. Strategi perilaku, kognitif,dan emosional diidentifikasi dan dibahas terkait dampaknya terhadap fungsi keluarga. Strategi koping keluarga dapat dibagi menjadi strategi koping keluarga internal dan eksternal, yang bergantung pada apakah strategi intrakeluarga atau ekstrakeluarga.
Perawat keluarga dan professional perawatan kesehatan lain yang melakukan hubungan denagan keluarga baik di lingkungan lembaga maupun komunitas berada dalam posisi kunci untuk mengkaji stressor, persepsi, kekuatan dan koping serta adaptasi keluarga dan melakukan intervensi pada keluarga ini dengan memberikan adaptasi keluarga yang lebih optimal.
Untuk melengkapi pengkajian stress dan koping keluarag, pertanyaan khusus diajukan terkait dengan masing-masing konsep mayor dalam area ini. Pertanyaan ini berfokus pada stressor, kekuatan, persepsi keluarga, koping keluarga (strategi koping internal, eksternal dan disfungsional) dan adaptasi keluarga.


B.     Saran
Diharapkan kepada mahasiswa  agar bisa menggunakan makalah ini dan juga menjadikannya sebagai pedoman dalam memberikan intervensi keperawatan tentang proses dan strategi koping yang bisa digunakan  pada keluarga dengan gangguan masalah kesehatan dan dalam memberikan pendidikan serta konsling untuk merubah perilaku atau koping yang digunakan apabila keluarga menggunakan strategi koping disfungsional dan mempertahankan strategi koping keluarga ynag menggunakan strategi koping yang fungsional atau positif .

   
























DAFTAR PUSTAKA

Friedman. M, Marilyn. 1998. Keperawatn Keluarga. Jakarta. EGC
Friedman. M, Marilyn. 2002. Keperawatn Keluarga. Edisi 3. Jakarta. EGC
Friedman, M, Marilyn. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori & Praktek. Edisi 5. Jakarta. EGC 
Murwani, arita. 2009.  Pengantar konsep dasar keperawatan.  Pengantar konsep dasar keperawatan. Yogyakarta: fitraatmaja
Setiawati, santun. 2008. Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: tim-2008
Tamher, sayuti dkk.2009.pengkajian keperawatan jadi individu, keluarga & komunitas. Jakarta: tim-2009
»»  READMORE...