12.18.2011

ASKEP GASTROENTERITIS



1. Definisi
Gastroenteritis (GE) adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir).


2. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Lama waktu diare:
- Diare akut
- Diare kronik
b. Mekanisme patofisiologi:
- Diare osmotik
- Diare sekretorik
c. Penyebab infeksi atau tidak:
- Diare infektif
- Diare non-infektif





3. Etiologi
a. Infeksi
a) Enteral
- Bakteri : Salmonella, Shigella, Campylobacter, Escherichia Coli, Yersinia, Aeromonas, Clostridium difficile, Stapilococcus aureus, Streptococcus, Klebsiela, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus, dll.
- Virus : virus Norwalk dan virus Coxsackie, rotavirus, parvovirus, adenovirus, echovirus, cytomegalovirus (CMV)
- Parasit : Giardia Lamblia, Entamoeba Histolytica, Strongyloides, Isospora Belli, Microsporidium
- Worm : A. lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, cestodiasis, dll
b) Parenteral:
- Otitis media akut (OMA)
- Pneumonia
- Traveler's diarrhea: E.coli, Girdia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica, dll.


c) Makanan:
- Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan mengandung bakteri atau toksin
- Alergi : susu sapi, makanan tertentu
b. Terapi obat : antibiotic, kemoterapi, antacid, dll.
c. Faktor lingkungan
è Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
d. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.


5. Manifestasi Klinis
a. Frekuensi BAB >3 kali sehari
b. Feses kadang disertai lendir atau darah
c. Nafsu makan menurun
d. Malaise
e. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
f. Turgor kulit menurun
g. Membran mukosa kering
h. Bising usus meningkat
i. Kram abdomen
j. Adanya tenesmus
k. Penurunan BB
l. Nadi dan pernafasan cepat

6. Pemeriksaan laboratorium dan dignostik Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
à Hb, Ht, leukosit, hitung jenis leukosit
b. Kadar elektrolit serum
à pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
c. Ureum dan kreatinin
à untuk mengetahui fungsi ginjal, untuk mengetahui adanya kekurangan cairan dan
mineral tubuh.
d. Pemeriksaan tinja
à untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri,
adanya telur cacing dan parasit dewasa.
e. Pemeriksaan ELISA
à mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis.
f. Rektoskopi atau sigmoidoskopi
à pada pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah, pasien denga diare akut
persisten.
g. Kolonoskopi
à pada pasien AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi di pertimbangkan karena
kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah kolon kanan.

7. Komplikasi Gastroenteritis
a) Bakteremia
Spesies E.Coli Salmonella dan Shigella adalah semua organisme yang masuk ke aliran darah menyebabkan penyebaran organisme lain dan infeksi sistemik. penting bahwa pasien demam akut dengan diare telah dilakukan kultur darah. Jika pada awal apusan terlihat organisme gram negative, diberikan terapi antibiotic.
b) Syok
kontrol syok berhubungan dengan kebutuhan yang tepat dari pengkajian masukan dan keluaran dan penggantian cairan. Pada kejadian yang jarang, pasien dengan ketidakseimbangan cairan berat membutuhkan perawatan di unit intensif dengan pemantauan hemodinamik.
  1. Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan. Perhatikan pengeluaran urin <30 ml/jam selama 2-3 jam berturut-turut.
  2. Artritis pasca ineksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena compylobakter, shigella, salmonella, atau yersiniaspp.
  3. Sindrom guillain-barre
  4. Disritmia jantung berupa takikardia atrium dan ventrikel, fibralasi ventrikel dan kontraksi ventrikel premature akibat gangguan elektrolit terutama olh karena hipokalemia.


8. Penatalaksanaan Medis
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang akan digunakan
à cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja.
à jika tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.
à pada keadaan diare akut awa
l yang ringan, dapat diberikan bubuk oralit sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi.
2) Jumlah cairan yang akan diberikan
à pada prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
à kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai rumus:
- B.D. plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan: BD plasma-1,025 x BB x 4 ml
0,001

b. Memberikan terapi simptomatik
Pemberian terapi simptomatik harus berhati-hati dan perlu pertimbangan karena lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya.
à Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat memperbutuk diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan diberikan dalam jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
à Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.
à Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi dapat diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamid dalam waktu singkat. Pada diare berat, obat-obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu yang singkat dan dikombinasikan dengan pemberian obat antimikrobial.
à Pada penderita diare mungkin disertai dengan Lactose intolerance, oleh karena itu hindari makanan/ minuman yang mengandung susu sapai diare membaik dan hindari makanan yang pedas atau banyak mengandung lemak.

c. Memberikan terapi defenitif
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
à Kolera eltor:
- Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau
- Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau
- Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol. Fluoroquinolon
à S.aureus: Kloramfenikol 4x500 mg/ hari
à Salmonellosis:
- Ampisilin 4x1g/ hari atau
- Kortimoksazol 2x2 tab atau
- Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
à Shigellosis:
- Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau
- Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari
à Injeksi Helicobacter jejuni Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari
à Amubiasis:
- Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau
- Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
- Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
- Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari
à Giardiasis:
- Quinacrine 3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau
- Chloroquin 3x100 mg/ hari selama 5 hari atau
- Metronidazol 3x250 mg/ hari selama 7 hari
à Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari
à Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari
à Virus : simtomatik dan suportif



9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Kaji riwayat penyakit yang mencakup:
· Pernah/ tidak terpajan makanan atau air yang terkontaminasi
· Pernah/ tidak mengalami infeksi lainnya, seperti infeksi saluran pernafasan atau saluran kemih
2) Lakukan pengkajian fisik secara rutin
3) Observasi manivestasi klinis derajat dehidrasi, misalnya dehidrasi ringan:
· Volume cairan yang hilang <50 ml/kg
· Warna kulit pucat
· Turgor kulit menurun
· Membran mukosa kering
· Urin output menurun
· Tekanan darah normal
· Nadi normal atau meningkat
4) Catat fekal output: jumlah, volume, karakteristik
5) Observasi dan catat munculnya tanda-tanda seperti: tenesmus, kram abdomen,vomitus.
6) Bantu dengan prosedur diagnostik, kumpulkan spesimen yang dibutuhkan:
· Feses: pH, darah, glukosa, frekuensi
· Urin: pH, frekuensi
· CBC
· Elektrolit serum
· Kreatinin
· BUN
7) Kaji sumber infeksi.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
2) Resiko gangguan integritas kulit b.d iritasi akibat frekuensi BAB yang meningkat.
3) Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi usus,
mual, muntah.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diare lama, distensi abdomen,
hiperperistaltik.


c. Rencana Intervensi
1. Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri:
Awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah feses.

Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit.
Observasi tanda-tanda vital secara teratur..
Hipotensi, takikardia, demam, dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilngan cairan.
Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit.
Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, hindari kerja.
Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
Observasi perdarahan pada feses.
Penurunan absorpsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.
Catat kelemahan otot umum.
Kehilangan usus berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi:
Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.

Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemis.
Berikan obat sesuai indikasi:
Antidiare
Antiemetik
Antipiretik
Vitamin K

Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
Mengontrol mual muntah
Mengontrol demam
Menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan.



2. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi
usus, mual, muntah.
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri:
Timbang berat badan tiap hari

Memberikan informasi tentang kebutuhan diet.
Dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi..
Anjurkan istirahat sebelum makan.
Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
Lakukan oral hygiene.
Mulut yang bersih dapat meningkatkab rasa makanan.
Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen.
Mencegah serangan akut.
Kolaborasi:
Pertahankan puasa sesuai indikasi.

Istirahat usus menurunkan peristaltik.
Berikan obat sesuai indikasi seperti antikolinergik.
Antikolinergik diberikan 15-30 menit sebelum makan memberikan penghilangan kram dan diare, menurunkan motilitas gaster, dan meningkatkan waktu untuk absorpsi nutrient.









DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
Diyanti, G.W. (2007). Studi penggunaan antibiotik pada pasien gastroenteritis dewasa pada pasien rawat inap di ruang penyakit tropik lnfeksi pria dan wanita RSU Dr. Soetomo Surabaya. Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-diyantigus-4467&node=359&start=196&PHPSESSID=735f99a341908093de36c5a6ffbdf67c,
Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun 1993)
Gastroenteritis. (2009). (2010). Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=47,
»»  READMORE...